Mereka bertarung hingga tetes darah penghabisan, jenderal !!

Tulisan ini saya persembahkan untuk Tim Nasional Sepakbola Indonesia.


Saya bukan pengamat ataupun penggemar bola, barangkali saya hanya satu dari puluhan juta orang di Indonesia yang terbawa arus euforia piala AFF 2010. Sebelumnya saya bahkan tidak tahu apa itu AFF. Tapi sejak semifinal, saya tak pernah melewatkan pertandingan-pertandingan timnas, meski hanya menonton di tv.

Di negara saya ini, media memang sangat lihai dalam memainkan wacana publik, dengan kata lain, agak berlebihan. Termasuk event piala AFF 2010 ini. Dan korbannya adalah saya, puluhan juta warga Indonesia, dan Timnas.. Tentu saja, itu bisa berdampak positif dan negatif, tergantung bagaimana menyikapinya.

Dulu, siapa yang mengelu-elukan sepakbola dan Timnas Indonesia? Mungkin hanya para supporter maniak dan bapak-bapak kami. Kini, sejak media mem-booming-kan piala AFF, saya (orang awam dan tak tahu apa-apa tentang bola), para remaja putri, anak-anak, ibu-ibu, bahkan para nenek, semua hanyut dalam kekaguman atas kelihaian pemain-pemain Timnas.

Sayangnya, saya khawatir ketika melihat semua stasiun tv berlomba-lomba memberitakan Timnas dan seluk-beluknya dengan sangat detail (bahkan strategi pun mereka tanyakan pada saat wawancara). Saya berpositive-thinking saja, media melakukan ini dengan tujuan membangkitkan semangat nasionalisme dalam mendukung Timnas supaya meraih kemenangan, meski saya juga melihat ada motif lainnya yaitu komersialisme dalam rangka meningkatkan rating stasiun tv masing-masing.

Beban itu sangat berat dipikul masing-masing pemain Timnas. Bayangkan saja, sehari setelah kalah 3-0 oleh Malaysia, semua propaanda tulisan yang mereka liat di tv adalah "Selangkah lagi menuju juara", "Garuda taklukan malaysia" dan jargon-jargon lainnya yang memang selintas menyatakan keoptimisan tapi bagi saya itu adalah sebuah pembunuhan karakter. Optimis meraih mimpi, itu harus, tapi jangan lupa sertakan dengan usaha, doa dan tawakal. Ketika para supporter mendukung Timnas untuk menang, benarkah mereka benar-benar mendukung atau malah "memaksa"?

Ada kebiasaan bangsa ini yang agak kurang baik, yaitu cepat lupa. Saat ini Timnas yang sedang dielu-elukan dan dipuja-puji karena event piala AFF dan selalu meraih kemenangan menuju final. Setelah event piala AFF ini selesai dan klimaks dari euforia yang ternyata tak sesuai dengan harapan banyak orang, apakah bangsa ini masih akan mengelu-elukan Timnas, atau tak usah terlalu jauh lah, masihkah bangsa ini mengingat Timnas sebagai salah satu kebanggaan? Semoga saja, ucapan "Garuda di dadaku" itu, memang benar-benar kita pegang.

Entah kenapa, menyaksikan final leg 2 tadi malam, saya deg-degan banget (padahal yang turun ke lapangan itu bukan saya). Barangkali karena takut kalau-kalau Timnas kebanggaan bangsa Indonesia tidak menang atau bisa juga karena mental saya (sebagai orang Indonesia) belum bisa seperti mental seorang pemenang sejati yang besar jiwanya dan lapang hatinya keika menerima kekalahan.

Menjelang menit-menit terakhir, sungguh ajaib, jantung saya tidak lagi deg-degan, hati saya serasa melapang, jiwa saya serasa membesar. Kenapa? Karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, para pemain Timnas terus semangat bertanding hingga injury time. Jika digambarkan dalam sebuah kurva, semangat perjuangan mereka selalu naik ke atas, tak pernah sedikit pun turun. Tak ada sedetik pun terlewatkan begitu saja, tak ada setetes keringat pun yang tersia-sia. Luar biasa bukan? Bahkan itu mereka lakukan saat (barangkali) mereka sadar akan kalah poin dari sang lawan. Melakukan yang terbaik, hasilnya serahkan sepenuhnya pada Allah..

Kebanggaan saya dan bangsa Indonesia terhadap Timnas yang sesungguhnya bukanlah karena prestasi kemenangan, tapi karena semangat dan perjuangan para pemain Timnas.

Selamat untuk Tim Nasional Sepak Bola Indonesia !!



mereka bertarung hingga tetes darah penghabisan, jenderal !!
#garudafightsback #loveindonesia



Luv my mom

Ibuku adalah :

- Orang yang tak pernah mengeluh sejak mengandung, melahirkan dan membesarkanku hingga sekarang

- yang paling banyak berkorban untukku

- yang tak pernah melewatkan sedetik pun untuk memikirkanku

- yang selalu berbinar bangga melihat perkembanganku

- yang memanjatkan doa untukku siang dan malam

- yang paling peka tentang apa yang terjadi padaku, meski aku tak memberitahunya

- yang memberi motivasi dan dukungan, saat aku terjatuh

- yang tersenyum gembira bersamaku, saat aku bahagia

- yang menguatkanku saat aku terjatuh

- yang mengajariku tentang berjuang dan berusaha

- yang mengajariku tentang pengorbanan dan keikhlasan

- yang paling berpengaruh dalam hidupku

- yang mencurahkan cintanya yang tak terhingga untukku

- yang selalu berkata padaku ”kamu pasti bisa”

- yang terbaik yang pernah aku miliki di dunia ini


Aku meneteskan air mata saat berpikir, aku takkan sanggup membalas semua itu. Tapi melihat tatapannya yang begitu sejuk dan penuh kasih sayang, seolah ia pun berkata ”Kau tak perlu membalas apa-apa untukku..”. Sebuah ketulusan dari seorang ibu...telah mengantarkanku menjadi seperti sekarang...


Ya Allah...

Berilah balasan yang sebaik-baiknya pada ibu

atas didikannya padaku

atas kasih sayang yang dilimpahkan untukku

peliharalah ibu seperti ia memeliharaku

Apa saja gangguan yang ia rasakan

atas kesusahan yang diderita karena aku

atas hilangnya hak nya karena perbuatanku

jadikanlah itu semua

penyebab rontok dosa-dosanya

dan meninggi kedudukannya di hadapanMu

dan bertambahnya pahala kebaikannya dengan perkenanMu

For my dearest mom

In mother’s day...



Sedang Merindumu

Melihat senyumnya yang tulus, mendengar sapanya yang ramah, menyimak cerita-cerita menyenangkan darinya, siapapun takkan bosan bertemu dengannya. Semua orang akan ikut terbawa keceriaan bersamanya.

Kecantikannya meliputi luar dalam. Kesabarannya luar biasa. Hampir tak pernah mengeluh. Tak pernah hilang dari ingatanku, kesibukannya di rumah sejak pagi hingga malam hari, tetap dengan senyum tulus serta keceriannya. Ia telah menjadi ibu muda yang ideal. She is a wise wife, a best mother and a great woman.

Setahun lalu ia meninggalkan kami, menjadi seorang syuhada (InsyaAllah..), bersama adik bayi yang saat itu sedang diperjuangkannya untuk lahir ke dunia. Sungguh kami semua sangat menyayanginya, namun Allah lebih menyayangi keduanya, dan membawa mereka ke tempat terbaik di sisiNya, InsyaAllah..

Selalu kulantunkan dalam doa, agar kami dipertemukan dengan keduanya, di SyurgaNya kelak,

Amin ya Rabb..

# yang sedang merindumu, teh Dini..

1 Des '09 - 1 Des '10

SKETSA (Pada sebuah transportasi rakyat bernama Metromini)



Latar : Metromini 640 ( Tanah Abang – Pasar Minggu)


Sketsa 1 : Seniman Jalanan dan Aishiteru

Sepertinya setiap sepuluh menit sekali seniman jalanan (orang-orang biasa menyebutnya pengamen) memasuki metromini ini. Sepanjang perjalanan, jika tak salah ingat, ada 6 seniman jalanan (belum terhitung rekan kerjanya) yang masuk. Ada pemuda berusia menjelang dua puluh, ada juga anak-anak berusia sekitar sepuluh tahun. Ada yang bernyanyi dengan diiringi permainan gitar dan tabuhan drum lipat, ada yang diiringi dengan gitar kecil dan tabuhan pipa-pipa yang lubangnya ditutup karet, ada juga yang merasa cukup diiringi kecrekan botol air mineral berisi sedikit beras. Ada yang bersuara emas, ada juga yang pas-pasan. Lima dari enam seniman jalanan ini menyanyikan lagu yang sama, yaitu “Aishiteru”. Entah karena lagu ini memang sedang populer atau karena lagu ini mudah dihafal, atau karena seniman-seniman jalanan ini “satu perguruan”.


Tak semuanya perlu diberi apresiasi, tentu saja, karena apresiasi hanya untuk seniman yang bersungguh-sungguh dalam pertunjukkan kecilnya di atas Metromini itu. Terlalu berlebihan? Tidak juga, ini namanya perhargaan atas sebuah karya. Terlepas dari apakah mereka bernyanyi karena keinginan sendiri untuk mencari nafkah, karena memang hobby bernyanyi, atau terpaksa karena telah menjadi alat pengumpul uang bagi para preman. Maka dari itu sejak tadi saya menyebut mereka seniman jalanan (bukan pengamen), sekedar ber-positive thinking saja.


Sketsa 2 : Oma, Cucu, dan Mama

Hampir sepanjang jalan sang Oma sibuk memarahi sang Cucu (sepertinya semata wayang) yang tak bisa diam duduk manis di kursi Metromini. Layaknya anak-anak, ada-ada saja kelakuan yang aneh-aneh dan membuat orang-orang dewasa (yang nampaknya lupa masa kecilnya seperti apa) tak nyaman melihat hal tersebut. Barangkali Oma teramat sayang pada cucunya ini, maka beliau berkali-kali mengingatkan Cucu, sayangnya dengan omelan, celaan, bahkan cubitan. Beberapa penumpang lain (yang tak punya pilihan pemadangan lain) sepertinya agak terhentak saat melihat Cucu menendang-nendang Oma untuk meminta dibelikan sesuatu, lalu Oma pun membalas dengan tepukan (agak keras) di kaki cucu disertai dengan pelototan mata yang tentu sangat tajam. Ahh.. orang lain pasti tak tega melihat keduanya. Para penumpang lain pun semakin terkejut ketika Cucu memanggil wanita yang duduk di sebelahnya dengan panggilan “Mama”. Ohlala.. Jadi wanita yang sejak tadi diam saja melihat keributan Oma dan Cucu itu adalah Mama (Anak sang Oma, dan Ibu sang cucu)??


“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki”

“Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi”

“Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri”


Sketsa 3 : Si Gadis Hitam Manis

Kecantikan alami si gadis hitam manis ini masih terlihat, meski bajunya kumal dan aromanya (maaf) agak bau. Ia membawa kresek putih yang juga kumal. Tadinya dikira si gadis ini mau mengamen, tapi ternyata tidak. Ia hanya berdiri mematung di dekat pintu Metromini. Saat seorang penumpang akan turun, si gadis terkejut dan tiba-tiba saja berteriak-teriak tak karuan memarahi penumpang yang akan turun itu. Sontak semua penumpang kaget dan ketakutan.

"Orang stress kali ya..” bisik seorang penumpang ibu-ibu paruh baya.

Metromini terhenti, Pak kernet dan Pak Supir sibuk membujuk si gadis turun dari Metromini, alih-alih turun, si gadis malah berteriak-teriak sambil menangis

“Saya turun di lampu merah depan. Ini saya juga mau pulang!!!” rengeknya.


Barangkali karena tak tega, akhirnya Pak Kernet dan Pak Supir membiarkan si gadis terus menumpang Metromini, tentu saja dengan resiko : Pertama, dijamin si gadis tidak akan membayar ongkos. Kedua, tak ada penumpang yang mau naik (karena si gadis berpakaian kumal dan agak bau ini berdiri di pintu depan). Ketiga, para penumpang yang ada di dalam Metromini pasti ketakutan, khawatir si gadis akan melakukan hal yang tidak-tidak. Namun akhir cerita boleh membuat semua penumpang cukup lega, si gadis turun dengan sendirinya di lampu merah Pancoran (tepat seperti yang ia bilang saat menangis merengek pada Pak Kernet tadi).

Andai saya petugas sosial, akankah saya membawa si gadis ke panti rehabilitasi lalu mempertemukan kembali dengan keluarganya? sepertinya ia masih ingat masih mengingat beberapa hal tentang kehidupannya.


Epilog

Melihat, mengamati dan menyimpulkan, dengan mata, telinga, otak, dan hati.. Karena tugas seumur hidup manusia adalah belajar. Salah satunya belajar memaknai kehidupan




#dalam perjalanan bersama Metromini 640 , that’s why I like public transportation


Sepedaan di Monas


Ini tentang olahraga favorit saya : Bersepeda
Mengapa saya suka bersepeda : silakan baca disini

And today I'm very happy absolutely. Sejak sepeda-sepeda merah itu terpajang di lobby kantor, saya bermimpi ingin mengendarainya keliling Monas. And that's it!! My dream comes true!! Seseorang mengajak saya dan beberapa orang teman saya di kantor untuk bersepeda keliling Monas.

Ya, jumat pagi ini kami bertujuh bersepeda dari kantor lalu mengelilingi Monas, ini momen langka gan!! ^_^





Tawa


Malam ini penuh dengan tawa. Entah tawa apa.. Sungguh saya sama sekali tak berniat mentertawakan sesuatu.. atau seseorang. Tapi sesuatu..ah..bukan.. seseorang ini memang pintar sekali bertingkah lucu, barangkali untuk menutupi ke-salahtingkah-annya. Tak semua orang bisa melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir cepat, cerdas dan kreatif. Dan malam ini saya mengakui, orang ini memiliki semua kemampuan itu, ya..dia berbakat.

Saya jadi teringat beberapa pelawak di tv, ada yang benar-benar lucu karena perkataan dan tingkah mereka yang spontan, tidak dibuat-buat, pada saat syuting. Orang-orang seperti ini tak bisa diremehkan, sungguh mereka adalah orang-orang cerdas dan kreatif. Terkadang para pelawak ini Maka jangan pernah mencibir para pelawak, karena belum tentu kita secerdas mereka dalam bersikap dan berkata-kata.

Kembali pada tawa malam ini.. sekali lagi saya tidak dalam rangka "mentertawakan", karena saya justru menjadi kagum dengan tingkahnya yang bisa membuat saya tertawa malam ini. Bravo !!


#teruslah membuatku tetap tertawa :)

Pemilihan RT dan Dangdutan

Malam ini, sebuah pesta demokrasi kecil-kecilan diadakan di daerah kost-an saya. Pemilihan ketua RT periode 2010-2013. Saya menjadi saksi bisu (karna hanya menyimak dari dalam kost dan tidak berpartisipasi di dalamnya) sebuah pemilihan yang berlangsung Langsung Umum Bebas Rahasia dan bising.

Saya tak banyak tahu tugas seorang ketua RT, yang saya tau, ketua RT adalah sebuah jabatan dengan segudang pekerjaan sosial dan tidak digaji. Maka dalam pemilihan ketua RT malam ini, tidak ada orang yang mencalonkan, melainkan semua calon berstatus dicalonkan. Dari sekitar 66 orang warga yang hadir, semuanya berhak mencalonkan siapa saja yang mereka anggap layak untuk menyandang jabatan ketua RT, karena pada putaran awal belum ada calon yang memperolah suara dominan (saking banyaknya orang yang dicalonkan) maka diadakan putaran kedua untuk suara 5 besar, dan barulah sang Ketua RT terpilih.

Selesai pemilihan ketua RT, barangkali inilah yang disebut “Pesta Rakyat” sebenarnya bagi rakyat kecil. Ini jugalah lah yang membuat saya tak habis pikir, mengapa masyarakat Indonesia tak pernah bisa lepas dari sebuah acara bernama Dangdutan. Tak bisa tidak. Saat saya bertanya pada seorang teman di sebuah acara yang ada Dangdutan-nya, dia menjawab “kalo ga ada dangdut ya gak rame”. Ah..tanpa dangdut pun, sebuah acara yang dikemas dengan rapi dan menarik pasti akan ramai, itu tergantung seksi acara dan MC.

Saya ingat sebelumnya, pengurus bendahara RT melaporkan bahwa saldo keuangan yang jumlahnya sekitar 400 ribu digunakan untuk acara pemilihan RT. Uang sebesar ini memang tak cukup banyak untuk memanggil organ tunggal berserta penyanyinya, maka Dangdutan hanya diadakan melalui kaset dan speaker dengan tingkat kebisingan barangkali lebih dari 100 Desibel.

Maaf, bukannya mau mendiskreditkan lagu asli milik Indonesia ini, tapi sungguh dangdut memang tak pernah jauh dari kebisingan, penyanyi wanita, larut malam dan mabuk-mabukan. Tak semua begitu memang, tapi hampir semua iya. Saya tak pernah benar-benar bisa memahami, mengapa banyak orang menyukai Dangdutan (dengan segala embel-embelnya), sedang saya tak pernah bisa merasa terhibur oleh hiburan rakyat yang satu ini karena selalu merasa terganggu dan risih. Terlebih jika di dalamnya memang terbukti diikuti oleh joget-joget tak pantas dan mabuk-mabukan.

Jangan bicarakan soal toleransi disini, karena siapalah yang tidak terganggu dengan kegaduhan di malam hari (kecuali mereka yang dengan senang hati mengganggu dirinya sendiri dengan berjoget-joget). Dan saya juga tak bisa mengerti mengapa pemilihan ketua RT harus diadakan malam hari dan besoknya masih hari kerja, jika mau mengumpulkan warga, bukankah lebih baik di hari minggu pagi.


#malam ini tak bisa tidur, karena dua hal, teman saya sedang sakit dan kebisingan di lapangan persis sebelah kost#



I was blocked by facebook

Tahukah kamu? Kalo kita mengirim messege berkali-kali kepada orang yang bukan menjadi teman kita di Facebook, maka fitur sending messege kita akan di blokir (selama beberapa jam atau beberapa hari). Saya baru tahu ini tadi malam. Akibat diduga menyalahgunakan fitur di Facebook, maka pihak Facebook memblokir saya untuk melakukan pengiriman messege, baik itu ke orang yang sudah menjadi teman saya maupun yang belum.

Sebenernya saya gak bermaksud menyalahgunakan, hanya saja itu cara terakhir yang bisa saya lakukan untuk menginformasikan penting tentang Penggalangan Bantuan Kemanusiaan untuk korban bencana Merapi & Mentawai. Kirimnya juga gak asal-asalan kok, saya dapet nama-nama mereka dari grup facebook para pegawai baru di kantor saya, walaupun pada gak kenal, barangkali aja mereka ikut tergerak hatinya, tapi eh ternyata, belum selesai kirim messege ke semua orang, saya di blokir secara otomatis !!

Katanya akan berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Dan katanya lagi, saat fitur sending messege saya sudah aktif kembali kemudian saya melakukan hal yang sama, maka account facebook saya akan di nonaktifkan secara permanen!!
Just be carefull !! Mau berbuat baik, ternyata harus hati-hati juga..


--- UPDATE --

Teman saya, dengan senang hatinya meminta pertemanan sekaligus dengan banyak orang yang terdaftar di salah satu grup pegawai baru di kantor, Alhasil.. dia terkena peringatan dari pihak facebook kemudian fitur "permintaan pertemanan" dan "sending messege" diblokir otomatis selama 2 hari oleh facebook. Ancaman juga dilayangkan, jika setelah pemblokiran selesai teman saya ini mengulangi hal yang sama (meminta pertemanan dengan banyak orang sekaligus), maka fitur tadi akan diblokir lagi dan masa pemblokiran akan lebih lama (tapi ini lebih baik daripada ancaman menonaktifkan account.

Welcome Jaunty Jackalope !!


Tepat seminggu sudah, si Jaunty Jackalope hadir. Jadi sekarang si leppy mendua. Dual booting, Windows XP (tentu saja bajakan) dan Ubuntu 9.04 Jaunty (bukan bajakan dan gratis). Setelah merasa mempunyai sedikit bekal dari pelatihan linux yang diadakan di kantor yang cuma 5 hari (sisa 1 hari lagi), saya "menekatkan diri" untuk menginstall Ubuntu 9.04.

Kenapa 9.04?
(padahal tutor yang ngajar udah pake 10.4 -_-'). Waktu saya tanya dan protes (karena Ubuntu sekarang udah sampe 10.10), ternyata alasannya adalah karena komputer di lab kantor yang dipake buat pelatihan, semuanya sudah terinstall 9.04 sejak lama.


Bagaimana rasanya memakai Ubuntu?
Susah (pasti..), ribet (jelas..), bikin pusing (tentunya..), ini bagi saya yang cuma seorang end user yang tak punya background IT sama sekali. Katanya sih kalo Ubuntu 10.4 udah ga seribet 9.04, entah benar atau tidak, karena yang bilang ini adalah seorang tutor Linux, bukan end user, hehe..
Tapi Ubuntu itu seperti matematika (pelajaran favorit saya waktu sekolah dulu) selalu bikin penasaran. Ada berbagai macam cara dan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah, asalkan rajin mencari tau, rajin bertanya, rajin berdiskusi dan rajin merepotkan orang-orang IT :D

Kenapa tertarik dengan Ubuntu?
Saya terpropaganda dengan kampanye Open Source yang digembar-gemborkan orang-orang (jawaban jujur nih). Kebetulan di pelatihan, dapetnya materi tentang Ubuntu, jadinya ya pake Ubuntu aja, kalo dapet materi Fedora, mungkin saya pake Fedora

What next?
Belajar terus. Sekarang aja lagi bersusah payah menguras energi hingga berpeluh kesah terus (hehe..sedikit lebay..), buat install modem di Jaunty. Hampir seminggu saya melakukan segala cara yang dianjurkan Om Google, dan belum ada yang berhasil :) Kalo udah begini, i just wanna say : I hate being end user..
But, it's okay.. namanya juga belajar, kan tak kenal henti :D

Ada temen yang bilang "Kenapa install di laptop, kan sayang laptopnya, mendingan install di komputer kantor aja". Saya cuma sempat menjawab "haa??!! sayang gimana??!!", tadinya mau jelasin panjang lebar, tapi gak sempat. Pertama, komputer yang saya pakai untuk kerja di kantor adalah ya laptop saya ini, jadi ya tepatlah saya menginstall Ubuntu (fasilitas negara di kantor memang agak terbatas). Kedua, Kenapa sayang? sayang kenapa? Ilmu yang sudah didapat tapi ga diamalkan, itu baru namanya sayang..

Well, bagi saya yang paling berkesan tentang Open Source adalah mencontoh para penemu besar yang tidak pernah mempatenkan hasil penemuannya, ia menyerahkan hasil penemuannya kepada publik untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Bukankah ilmu itu untuk diamalkan dan diajarkan pada orang lain, bukan untuk dikomersialkan.





Sebagian orang berharap dapat menikah dengan laki-laki yang mereka cintai, Doaku sedikit berbeda: Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi...



Kuliah Ilmu Politik



Sebelum lupa, tadi sore saya dapet sedikit kuliah ilmu politik, materinya tentang siklus politik

Jadi ceritanya begini. Kebijakan dan peraturan dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat agar aman, sejahtera dan tentram. Masyarakat disini bukan hanya masyarakat sipil saja, tapi juga termasuk instansi, perusahaan, organisasi, kelompok masyarakat. Disinilah terjadi conflic of interest, dimana ketika ada yang merasa tak nyaman atau tak setuju dengan kebiajakan yang dibuat pemerintah, maka ia akan memperjuangkan hal tersebut. Caranya adalah dengan menggaet kelompok-kelompok yang berkepentingan, karena mereka ini biasanya lebih mempunyai kekuatan daripada orang sipil.

Kelompok yang berkepentingan ini kemudian mendekati LSM untuk meraih akses-akses yang tak terjangkau. Aspirasi LSM lebih efektif jika disalurkan melalui Partai Politik, karena Parpol lah yang akan meneruskan aspirasi ke jenjang yang lebih berwenang dan berkuasa. Jenjang ini adalah Dewan yang duduk di Senayan. Dewan mempunyai setumpuk permasalahan untuk diselesaikan. Tapi karena Dewan bersifat legislatif, maka pelaksana segala keputusan Dewan adalah sang eksekutif, yaitu Pemerintah. Disinilah siklus akan kembali ke asal mulanya.



Istiqomah, bukan Idealis


Idealis. Saya kok agak tidak nyaman dengan kata itu.. terlalu sumir. Terlebih sejak tahu artinya dalam kamus bahasa indonesia.

ide.a.lis

[n] (1) orang yg bercita-cita tinggi; (2) pengikut aliran idealisme

ide.al.is.me

[n] (1) aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; (2) hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; (3) Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan

Beberapa hari ini saya tak nyaman dengan kata-kata "Idealis" dan "Idealisme". Seorang teman yang background edukasinya psikologi menjelaskan pada saya, bahwa Idealis biasanya hanya dilandasi kognisi (bagian individu dalam ranah pikiran, memori dan logika). Maka kesimpulan sementara saya, idealis = perfeksionis.

Nah, kemudian saya berpikir, bukankah menjadi seorang yang Istiqomah jauh lebih baik daripada menjadi seorang yg idealis.

Istiqomah : teguh dan terus menerus di atas agama, yaitu senantiasa taat pada Allah dan menjauhi segala yang mendatangkan murka Allah. Istiqomah meliputi urusan zhohir dan batin, yaitu amalan jawarih (anggota badan) dan amalan hati.

Menurut teman saya yang tadi, Istiqomah lebih dilandasi afeksi (bagian individu dlm hal merasa, meyakini, hati)

Jika idealisme berdasarkan logika, maka bisa dipastikan setiap manusia memiliki idealisme yang berbeda, karena pemikiran, pemahaman dan pemaknaan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu pasti berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian ketika orang yang idealis sedang mempertahankan idealismenya, maka yang sebenarnya dia pertahankan itu adalah hasil pemikiran/pemahaman serta keyakinan dia sendiri yang belum tentu disepakati oleh orang lain dan..belum tentu itu benar.

Maka saya semakin yakin dengan Istiqomah. Seorang yang istiqomah, ketika dia mempertahankan keistiqomahannya, berarti dia sedang mempertahankan keteguhannya di jalan Allah, sesuatu yang telah diperintahkan Allah untuk dijalankan atau sesuatu yang dilarang Allah untuk dilakukan, sesuatu yang datangnya dari Allah dan bersifat mutlak.

Idealisme yang berdasarkan memori dan logika manusia bisa saja berubah tergantung situasi dan kondisi yang ada. Berbeda dengan ke-Istiqomah-an, akan selalu tetap begitu dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun. Tapi baiklah, kata Istiqomah dan Idealis, walaupun setara tapi tak bisa saling menggantikan.

Ya, setelah berstatus PNS saya memang tak bisa mempertahankan idealisme saya seperti masih menjadi aktivis LSM, tapi saya akan selalu Istiqomah di jalan yang saya yakini, yaitu jalan yang diridhoi Allah. Bismillah…




#pasca mendengar kalimat : “kamu bukan orang yang idealis”, ya..saya memikirkan kalimat ini berhari-hari, terima kasih telah mengingatkan saya..




Momen Langka (tanpa rekayasa)




Kebetulan lagi di depan laptop, kebetulan lagi merhatiin jam, kebetulan lagi inget hari ini, ahh..bukankah tak ada yang kebetulan di dunia ini..
tanpa rekayasa loh.. :)






Mimpi di awal dualima



My Dreams on twenty five:

  1. Get Marriage
  2. Continue my study, Master Degree in Paris, majoring : Regional Urban Planning
  3. Be an idealism civil servant (jadilah pelayan masyarakat yang pro rakyat)
  4. Share an happiness for my family and friends
  5. Memorizing 5 juz Al Qur’an for a year
  6. Having a bike
  7. Having a smart phone Android



Berkicau di awal dualima



My tweets on 25

diahirma Diah Irma

karena aku, dunia mengenal apa? #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

i wanna keep my idealism #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

i have to catch my dreams #dualima #silverInOctober

Duhai manusia seperempat abad, sudahkah dirimu bermanfaat bagi sekitarmu? #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

dua puluh lima, dan amalanku masih jauh dari cukup #dualima#silverInOctober

diahirma Diah Irma

masih berusaha menjadi yang terbaik, dan selalu melakukan yang terbaik #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

yang muda yang berkarya.. sudah berkarya apa di usia sekarang?#dualima #silverInOctober

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat#dualima

diahirma Diah Irma

semakin dekat aku kepada perjumpaan dengannya #dualima

diahirma Diah Irma

nah, sudah dua lima, jadilah manusia yang lebih baik, bertakwa pada Allah dan bermanfaat bagi manusia lainnya #dualima#silverInOctober






Aku dan Dua Puluh Lima



Segala Puji dan syukur hanya kepadaMu ya Rabb, atas segala anugerah dan karunia tak terhingga sampai kini.

Dua Puluh Lima dan aku menjadi manusia seperempat abad. Tak tahu bagaimana rasanya, tak bisa pula menerka. Yang terpikir adalah, bahwa menyandang dua puluh lima pastilah teramat berat. Di usiaku, banyak orang besar muncul dengan karya besarnya. Di usiaku, tak sedikit pula orang yang pergi dari dunia fana ini dengan meninggalkan harum. Lalu apalah aku?

Selama puluhan tahun ini… Amalan apa yang tercatat oleh malaikat? Kebaikan apa yang sudah kuberikan pada orang-orang disekelilingku? Karya apa yang sudah kuukir agar orang lain merasakan manfaat atas keberadaanku. Jika aku pergi saat ini, akankah ada orang yang menangisi? Adakah sepuluh tahun lagi orang yang mengingat namaku?

Aku terlahir bagaikan debu, dan akan pergi bagaikan debu pula. Ah.. bahkan setitik debu pun cukup berharga bagi pesisir pantai.

Ampuni hamba yang telah menyia-nyiakan nikmat usia dariMu ya Rabb. Berikan aku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Jadikan aku hamba yang Istiqomah di jalanMu. Genggamlah aku dalam dekapan kasihMu. Berkahilah hidupku di dunia dan akhirat.

Ku mohon ridhoMu agar aku bisa menjadi insan yang lebih baik, menjadi hamba yang lebih bertakwa padaMu, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat. aamiin..

Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia-siakannya,
sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia-siakannya

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat, Janganlah sia-siakan nafas kita, jangan sia-siakan waktu kita, Sesungguhnya Hanya Allahlah tujuan kita. Perjalanan hidup manusia, menempuh alam dunia menghabiskan waktu, yang tiada lama. Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar. Semakin dekatlah kematian, akan menjelang tiba.