Aku dan Dua Puluh Lima



Segala Puji dan syukur hanya kepadaMu ya Rabb, atas segala anugerah dan karunia tak terhingga sampai kini.

Dua Puluh Lima dan aku menjadi manusia seperempat abad. Tak tahu bagaimana rasanya, tak bisa pula menerka. Yang terpikir adalah, bahwa menyandang dua puluh lima pastilah teramat berat. Di usiaku, banyak orang besar muncul dengan karya besarnya. Di usiaku, tak sedikit pula orang yang pergi dari dunia fana ini dengan meninggalkan harum. Lalu apalah aku?

Selama puluhan tahun ini… Amalan apa yang tercatat oleh malaikat? Kebaikan apa yang sudah kuberikan pada orang-orang disekelilingku? Karya apa yang sudah kuukir agar orang lain merasakan manfaat atas keberadaanku. Jika aku pergi saat ini, akankah ada orang yang menangisi? Adakah sepuluh tahun lagi orang yang mengingat namaku?

Aku terlahir bagaikan debu, dan akan pergi bagaikan debu pula. Ah.. bahkan setitik debu pun cukup berharga bagi pesisir pantai.

Ampuni hamba yang telah menyia-nyiakan nikmat usia dariMu ya Rabb. Berikan aku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Jadikan aku hamba yang Istiqomah di jalanMu. Genggamlah aku dalam dekapan kasihMu. Berkahilah hidupku di dunia dan akhirat.

Ku mohon ridhoMu agar aku bisa menjadi insan yang lebih baik, menjadi hamba yang lebih bertakwa padaMu, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat. aamiin..

Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia-siakannya,
sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia-siakannya

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat, Janganlah sia-siakan nafas kita, jangan sia-siakan waktu kita, Sesungguhnya Hanya Allahlah tujuan kita. Perjalanan hidup manusia, menempuh alam dunia menghabiskan waktu, yang tiada lama. Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar. Semakin dekatlah kematian, akan menjelang tiba.


0 Response to "Aku dan Dua Puluh Lima"

Posting Komentar