#garudafightsback #loveindonesia
"Buah paling manis dari berani bermimpi, adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya" -Andrea Hirata-
Ibuku adalah :
- Orang yang tak pernah mengeluh sejak mengandung, melahirkan dan membesarkanku hingga sekarang
- yang paling banyak berkorban untukku
- yang tak pernah melewatkan sedetik pun untuk memikirkanku
- yang selalu berbinar bangga melihat perkembanganku
- yang memanjatkan doa untukku siang dan malam
- yang paling peka tentang apa yang terjadi padaku, meski aku tak memberitahunya
- yang memberi motivasi dan dukungan, saat aku terjatuh
- yang tersenyum gembira bersamaku, saat aku bahagia
- yang menguatkanku saat aku terjatuh
- yang mengajariku tentang berjuang dan berusaha
- yang mengajariku tentang pengorbanan dan keikhlasan
- yang paling berpengaruh dalam hidupku
- yang mencurahkan cintanya yang tak terhingga untukku
- yang selalu berkata padaku ”kamu pasti bisa”
- yang terbaik yang pernah aku miliki di dunia ini
Aku meneteskan air mata saat berpikir, aku takkan sanggup membalas semua itu. Tapi melihat tatapannya yang begitu sejuk dan penuh kasih sayang, seolah ia pun berkata ”Kau tak perlu membalas apa-apa untukku..”. Sebuah ketulusan dari seorang ibu...telah mengantarkanku menjadi seperti sekarang...
Ya Allah...
Berilah balasan yang sebaik-baiknya pada ibu
atas didikannya padaku
atas kasih sayang yang dilimpahkan untukku
peliharalah ibu seperti ia memeliharaku
Apa saja gangguan yang ia rasakan
atas kesusahan yang diderita karena aku
atas hilangnya hak nya karena perbuatanku
jadikanlah itu semua
penyebab rontok dosa-dosanya
dan meninggi kedudukannya di hadapanMu
dan bertambahnya pahala kebaikannya dengan perkenanMu
For my dearest mom
In mother’s day...
Melihat senyumnya yang tulus, mendengar sapanya yang ramah, menyimak cerita-cerita menyenangkan darinya, siapapun takkan bosan bertemu dengannya. Semua orang akan ikut terbawa keceriaan bersamanya.
Kecantikannya meliputi luar dalam. Kesabarannya luar biasa. Hampir tak pernah mengeluh. Tak pernah hilang dari ingatanku, kesibukannya di rumah sejak pagi hingga malam hari, tetap dengan senyum tulus serta keceriannya. Ia telah menjadi ibu muda yang ideal. She is a wise wife, a best mother and a great woman.
Setahun lalu ia meninggalkan kami, menjadi seorang syuhada (InsyaAllah..), bersama adik bayi yang saat itu sedang diperjuangkannya untuk lahir ke dunia. Sungguh kami semua sangat menyayanginya, namun Allah lebih menyayangi keduanya, dan membawa mereka ke tempat terbaik di sisiNya, InsyaAllah..
Selalu kulantunkan dalam doa, agar kami dipertemukan dengan keduanya, di SyurgaNya kelak,
Amin ya Rabb..
# yang sedang merindumu, teh Dini..
1 Des '09 - 1 Des '10
Latar : Metromini 640 ( Tanah Abang – Pasar Minggu)
Sketsa 1 : Seniman Jalanan dan Aishiteru
Sepertinya setiap sepuluh menit sekali seniman jalanan (orang-orang biasa menyebutnya pengamen) memasuki metromini ini. Sepanjang perjalanan, jika tak salah ingat, ada 6 seniman jalanan (belum terhitung rekan kerjanya) yang masuk. Ada pemuda berusia menjelang dua puluh, ada juga anak-anak berusia sekitar sepuluh tahun. Ada yang bernyanyi dengan diiringi permainan gitar dan tabuhan drum lipat, ada yang diiringi dengan gitar kecil dan tabuhan pipa-pipa yang lubangnya ditutup karet, ada juga yang merasa cukup diiringi kecrekan botol air mineral berisi sedikit beras. Ada yang bersuara emas, ada juga yang pas-pasan. Lima dari enam seniman jalanan ini menyanyikan lagu yang sama, yaitu “Aishiteru”. Entah karena lagu ini memang sedang populer atau karena lagu ini mudah dihafal, atau karena seniman-seniman jalanan ini “satu perguruan”.
Tak semuanya perlu diberi apresiasi, tentu saja, karena apresiasi hanya untuk seniman yang bersungguh-sungguh dalam pertunjukkan kecilnya di atas Metromini itu. Terlalu berlebihan? Tidak juga, ini namanya perhargaan atas sebuah karya. Terlepas dari apakah mereka bernyanyi karena keinginan sendiri untuk mencari nafkah, karena memang hobby bernyanyi, atau terpaksa karena telah menjadi alat pengumpul uang bagi para preman. Maka dari itu sejak tadi saya menyebut mereka seniman jalanan (bukan pengamen), sekedar ber-positive thinking saja.
Sketsa 2 : Oma, Cucu, dan Mama
Hampir sepanjang jalan sang Oma sibuk memarahi sang Cucu (sepertinya semata wayang) yang tak bisa diam duduk manis di kursi Metromini. Layaknya anak-anak, ada-ada saja kelakuan yang aneh-aneh dan membuat orang-orang dewasa (yang nampaknya lupa masa kecilnya seperti apa) tak nyaman melihat hal tersebut. Barangkali Oma teramat sayang pada cucunya ini, maka beliau berkali-kali mengingatkan Cucu, sayangnya dengan omelan, celaan, bahkan cubitan. Beberapa penumpang lain (yang tak punya pilihan pemadangan lain) sepertinya agak terhentak saat melihat Cucu menendang-nendang Oma untuk meminta dibelikan sesuatu, lalu Oma pun membalas dengan tepukan (agak keras) di kaki cucu disertai dengan pelototan mata yang tentu sangat tajam. Ahh.. orang lain pasti tak tega melihat keduanya. Para penumpang lain pun semakin terkejut ketika Cucu memanggil wanita yang duduk di sebelahnya dengan panggilan “Mama”. Ohlala.. Jadi wanita yang sejak tadi diam saja melihat keributan Oma dan Cucu itu adalah Mama (Anak sang Oma, dan Ibu sang cucu)??
“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki”
“Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi”
“Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri”
Sketsa 3 : Si Gadis Hitam Manis
Kecantikan alami si gadis hitam manis ini masih terlihat, meski bajunya kumal dan aromanya (maaf) agak bau. Ia membawa kresek putih yang juga kumal. Tadinya dikira si gadis ini mau mengamen, tapi ternyata tidak. Ia hanya berdiri mematung di dekat pintu Metromini. Saat seorang penumpang akan turun, si gadis terkejut dan tiba-tiba saja berteriak-teriak tak karuan memarahi penumpang yang akan turun itu. Sontak semua penumpang kaget dan ketakutan.
"Orang stress kali ya..” bisik seorang penumpang ibu-ibu paruh baya.
Metromini terhenti, Pak kernet dan Pak Supir sibuk membujuk si gadis turun dari Metromini, alih-alih turun, si gadis malah berteriak-teriak sambil menangis
“Saya turun di lampu merah depan. Ini saya juga mau pulang!!!” rengeknya.
Barangkali karena tak tega, akhirnya Pak Kernet dan Pak Supir membiarkan si gadis terus menumpang Metromini, tentu saja dengan resiko : Pertama, dijamin si gadis tidak akan membayar ongkos. Kedua, tak ada penumpang yang mau naik (karena si gadis berpakaian kumal dan agak bau ini berdiri di pintu depan). Ketiga, para penumpang yang ada di dalam Metromini pasti ketakutan, khawatir si gadis akan melakukan hal yang tidak-tidak. Namun akhir cerita boleh membuat semua penumpang cukup lega, si gadis turun dengan sendirinya di lampu merah Pancoran (tepat seperti yang ia bilang saat menangis merengek pada Pak Kernet tadi).
Andai saya petugas sosial, akankah saya membawa si gadis ke panti rehabilitasi lalu mempertemukan kembali dengan keluarganya? sepertinya ia masih ingat masih mengingat beberapa hal tentang kehidupannya.
Epilog
Melihat, mengamati dan menyimpulkan, dengan mata, telinga, otak, dan hati.. Karena tugas seumur hidup manusia adalah belajar. Salah satunya belajar memaknai kehidupan
#dalam perjalanan bersama Metromini 640 , that’s why I like public transportation
Selesai pemilihan ketua RT, barangkali inilah yang disebut “Pesta Rakyat” sebenarnya bagi rakyat kecil. Ini jugalah lah yang membuat saya tak habis pikir, mengapa masyarakat Indonesia tak pernah bisa lepas dari sebuah acara bernama Dangdutan. Tak bisa tidak. Saat saya bertanya pada seorang teman di sebuah acara yang ada Dangdutan-nya, dia menjawab “kalo ga ada dangdut ya gak rame”. Ah..tanpa dangdut pun, sebuah acara yang dikemas dengan rapi dan menarik pasti akan ramai, itu tergantung seksi acara dan MC.
Saya ingat sebelumnya, pengurus bendahara RT melaporkan bahwa saldo keuangan yang jumlahnya sekitar 400 ribu digunakan untuk acara pemilihan RT. Uang sebesar ini memang tak cukup banyak untuk memanggil organ tunggal berserta penyanyinya, maka Dangdutan hanya diadakan melalui kaset dan speaker dengan tingkat kebisingan barangkali lebih dari 100 Desibel.
Maaf, bukannya mau mendiskreditkan lagu asli milik Indonesia ini, tapi sungguh dangdut memang tak pernah jauh dari kebisingan, penyanyi wanita, larut malam dan mabuk-mabukan. Tak semua begitu memang, tapi hampir semua iya. Saya tak pernah benar-benar bisa memahami, mengapa banyak orang menyukai Dangdutan (dengan segala embel-embelnya), sedang saya tak pernah bisa merasa terhibur oleh hiburan rakyat yang satu ini karena selalu merasa terganggu dan risih. Terlebih jika di dalamnya memang terbukti diikuti oleh joget-joget tak pantas dan mabuk-mabukan.
Jangan bicarakan soal toleransi disini, karena siapalah yang tidak terganggu dengan kegaduhan di malam hari (kecuali mereka yang dengan senang hati mengganggu dirinya sendiri dengan berjoget-joget). Dan saya juga tak bisa mengerti mengapa pemilihan ketua RT harus diadakan malam hari dan besoknya masih hari kerja, jika mau mengumpulkan warga, bukankah lebih baik di hari minggu pagi.
#malam ini tak bisa tidur, karena dua hal, teman saya sedang sakit dan kebisingan di lapangan persis sebelah kost#
Sebagian orang berharap dapat menikah dengan laki-laki yang mereka cintai, Doaku sedikit berbeda: Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi...
Sebelum lupa, tadi sore saya dapet sedikit kuliah ilmu politik, materinya tentang siklus politik
Jadi ceritanya begini. Kebijakan dan peraturan dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat agar aman, sejahtera dan tentram. Masyarakat disini bukan hanya masyarakat sipil saja, tapi juga termasuk instansi, perusahaan, organisasi, kelompok masyarakat. Disinilah terjadi conflic of interest, dimana ketika ada yang merasa tak nyaman atau tak setuju dengan kebiajakan yang dibuat pemerintah, maka ia akan memperjuangkan hal tersebut. Caranya adalah dengan menggaet kelompok-kelompok yang berkepentingan, karena mereka ini biasanya lebih mempunyai kekuatan daripada orang sipil.
Kelompok yang berkepentingan ini kemudian mendekati LSM untuk meraih akses-akses yang tak terjangkau. Aspirasi LSM lebih efektif jika disalurkan melalui Partai Politik, karena Parpol lah yang akan meneruskan aspirasi ke jenjang yang lebih berwenang dan berkuasa. Jenjang ini adalah Dewan yang duduk di Senayan. Dewan mempunyai setumpuk permasalahan untuk diselesaikan. Tapi karena Dewan bersifat legislatif, maka pelaksana segala keputusan Dewan adalah sang eksekutif, yaitu Pemerintah. Disinilah siklus akan kembali ke asal mulanya.
Idealis. Saya kok agak tidak nyaman dengan kata itu.. terlalu sumir. Terlebih sejak tahu artinya dalam kamus bahasa indonesia.
ide.a.lis
[n] (1) orang yg bercita-cita tinggi; (2) pengikut aliran idealisme
ide.al.is.me
[n] (1) aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; (2) hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; (3) Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan
Beberapa hari ini saya tak nyaman dengan kata-kata "Idealis" dan "Idealisme". Seorang teman yang background edukasinya psikologi menjelaskan pada saya, bahwa Idealis biasanya hanya dilandasi kognisi (bagian individu dalam ranah pikiran, memori dan logika). Maka kesimpulan sementara saya, idealis = perfeksionis.
Nah, kemudian saya berpikir, bukankah menjadi seorang yang Istiqomah jauh lebih baik daripada menjadi seorang yg idealis.
Istiqomah : teguh dan terus menerus di atas agama, yaitu senantiasa taat pada Allah dan menjauhi segala yang mendatangkan murka Allah. Istiqomah meliputi urusan zhohir dan batin, yaitu amalan jawarih (anggota badan) dan amalan hati.
Menurut teman saya yang tadi, Istiqomah lebih dilandasi afeksi (bagian individu dlm hal merasa, meyakini, hati)
Jika idealisme berdasarkan logika, maka bisa dipastikan setiap manusia memiliki idealisme yang berbeda, karena pemikiran, pemahaman dan pemaknaan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu pasti berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian ketika orang yang idealis sedang mempertahankan idealismenya, maka yang sebenarnya dia pertahankan itu adalah hasil pemikiran/pemahaman serta keyakinan dia sendiri yang belum tentu disepakati oleh orang lain dan..belum tentu itu benar.
Maka saya semakin yakin dengan Istiqomah. Seorang yang istiqomah, ketika dia mempertahankan keistiqomahannya, berarti dia sedang mempertahankan keteguhannya di jalan Allah, sesuatu yang telah diperintahkan Allah untuk dijalankan atau sesuatu yang dilarang Allah untuk dilakukan, sesuatu yang datangnya dari Allah dan bersifat mutlak.
Idealisme yang berdasarkan memori dan logika manusia bisa saja berubah tergantung situasi dan kondisi yang ada. Berbeda dengan ke-Istiqomah-an, akan selalu tetap begitu dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun. Tapi baiklah, kata Istiqomah dan Idealis, walaupun setara tapi tak bisa saling menggantikan.
Ya, setelah berstatus PNS saya memang tak bisa mempertahankan idealisme saya seperti masih menjadi aktivis LSM, tapi saya akan selalu Istiqomah di jalan yang saya yakini, yaitu jalan yang diridhoi Allah. Bismillah…
#pasca mendengar kalimat : “kamu bukan orang yang idealis”, ya..saya memikirkan kalimat ini berhari-hari, terima kasih telah mengingatkan saya..
My Dreams on twenty five:
diahirma Diah Irma
karena aku, dunia mengenal apa? #dualima #silverInOctober
diahirma Diah Irma
i wanna keep my idealism #dualima #silverInOctober
diahirma Diah Irma
i have to catch my dreams #dualima #silverInOctober
Duhai manusia seperempat abad, sudahkah dirimu bermanfaat bagi sekitarmu? #dualima #silverInOctober
diahirma Diah Irma
dua puluh lima, dan amalanku masih jauh dari cukup #dualima#silverInOctober
diahirma Diah Irma
masih berusaha menjadi yang terbaik, dan selalu melakukan yang terbaik #dualima #silverInOctober
diahirma Diah Irma
yang muda yang berkarya.. sudah berkarya apa di usia sekarang?#dualima #silverInOctober
Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat#dualima
diahirma Diah Irma
semakin dekat aku kepada perjumpaan dengannya #dualima
diahirma Diah Irma
nah, sudah dua lima, jadilah manusia yang lebih baik, bertakwa pada Allah dan bermanfaat bagi manusia lainnya #dualima#silverInOctober
Segala Puji dan syukur hanya kepadaMu ya Rabb, atas segala anugerah dan karunia tak terhingga sampai kini.
Dua Puluh Lima dan aku menjadi manusia seperempat abad. Tak tahu bagaimana rasanya, tak bisa pula menerka. Yang terpikir adalah, bahwa menyandang dua puluh lima pastilah teramat berat. Di usiaku, banyak orang besar muncul dengan karya besarnya. Di usiaku, tak sedikit pula orang yang pergi dari dunia fana ini dengan meninggalkan harum. Lalu apalah aku?
Selama puluhan tahun ini… Amalan apa yang tercatat oleh malaikat? Kebaikan apa yang sudah kuberikan pada orang-orang disekelilingku? Karya apa yang sudah kuukir agar orang lain merasakan manfaat atas keberadaanku. Jika aku pergi saat ini, akankah ada orang yang menangisi? Adakah sepuluh tahun lagi orang yang mengingat namaku?
Aku terlahir bagaikan debu, dan akan pergi bagaikan debu pula. Ah.. bahkan setitik debu pun cukup berharga bagi pesisir pantai.
Ampuni hamba yang telah menyia-nyiakan nikmat usia dariMu ya Rabb. Berikan aku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Jadikan aku hamba yang Istiqomah di jalanMu. Genggamlah aku dalam dekapan kasihMu. Berkahilah hidupku di dunia dan akhirat.
Ku mohon ridhoMu agar aku bisa menjadi insan yang lebih baik, menjadi hamba yang lebih bertakwa padaMu, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat. aamiin..
Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia-siakannya,
sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia-siakannyaDemi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat, Janganlah sia-siakan nafas kita, jangan sia-siakan waktu kita, Sesungguhnya Hanya Allahlah tujuan kita. Perjalanan hidup manusia, menempuh alam dunia menghabiskan waktu, yang tiada lama. Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar. Semakin dekatlah kematian, akan menjelang tiba.
Designed by EZwpthemes | Converted into Blogger Templates by Theme Craft