Namanya Adzka Karimah Nurhaliza .
Dia keponakan dari kakak perempuan saya yang pertama. Kakak saya ini paling
jago kalo ngasih nama. Lihat saja nama di atas J
Pada tiap nama ada doa, dan benar saja, keponakan saya ini tumbuh menjadi anak
yang cerdas, berakhlakul karimah, dan pemberani. Sejak TK dia sudah bisa baca
tulis hitung. Menjadi juara mewarnai menandakan potensinya di bidang seni.
Sekarang adzka duduk di semester dua kelas 1 SD. Semester yang lalu dia meraih
ranking 1. Nilai matematikanya sempurna sepuluh, begitu pula dengan nilainya
yang lain. Hanya satu yang nilainya paling kecil (entah 7 atau 8) yaitu
pelajaran seni. Hanya karena ketika disuruh menyanyi di depan kelas, suaranya
sangat kecil, akhirnya dia mendapat nilai yang kecil.
Adzka said : "Subhanallah, bagus banget ya ciptaan Allah" (ini asli ucapan dia) |
Adzka memang pemalu, tapi dia
malu pada tempatnya. Dia pemalu yang pemberani. Dia malu ketika menginginkan
makanan yang ada di meja, padahal tanpa bilang pun dia boleh memakannya. Kakak
saya (ibunya) pernah mendapati Adzka sampai naik-naik ke kursi sekolah karena
saking semangatnya mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan Guru.
Teman-teman sekelasnya memberinya amanah kepada Adzka untuk menjadi KM (Ketua
Murid). Hei, padahal dia perempuan dan masih kelas satu SD.
Belakangan saya baru paham
mengapa Adzka bersuara kecil saat menyanyi. Itu karena dia kurang percaya diri
dengan ke-cadel-annya. Dia khawatir akan ditertawakan ketika teman-temannya
mendengarnya melantunkan huruf “R” menjadi “L”. Untuk kekurangannya yang ini,
saya menyemangatinya, bahwa orang yang cadel itu biasanya pintar dan jago
bahasa inggris J
Kemarin, ketika saya sedang
packing persiapan balik ke Jakarta, Adzka dengan sangat perhatiannya
menghampiri saya, lalu dengan sangat dewasanya (mungkin dia paham saya sedang
kebingungan), dia memberikan saran ini itu supaya semua barang-barang yang akan
dibawa muat dalam kardus.
“Ini naronya begini aja biar muat” katanya.
“sisanya dimasukin plastic aja jadi muat” sarannya yang lain.
“jangan nanti repot, ini biar jadi satu aja semuanya” sanggah saya.
Lalu saya memasukkan
barang-barang ke dalam plastic super besar, lebih besar dari kardus
“nah, kalo begini kan muat”
“Ooo..biar jadi satu ya.. Baju Tante Diah masukin ke sini aja biar jadi
satu, Tas Tante Diah masukin kesini aja biar jadi satu, kan muat, jadi bawanya gak repot”
Saya tertawa, betul juga sih…
Tak lama kemudian, Fatih abangnya
Adzka mengajak Adzka pulang, tapi dia menolak, dia bilang
“nanti aja pulangnya, tunggu Tante Diah berangkat dulu, baru kita
pulang”
Lihat, bijak sekali perkataan anak sekecil
itu, saya pun terharu mendengar celotehnya yang terakhir. Ah, jelas itu bukan
celoteh, itu adalah ungkapan perhatiannya pada saya. Anak yang special :)
4 September 2016 pukul 07.17
Subhanallah ..... Tulisan ini baru kubaca hari ini, 5 tahun setelah diposting oleh adik bungsuku tersayang ..... Terharu .... Trims atas segala perhatian dan kebaikanmu pada adzka ....
4 September 2016 pukul 07.17
Subhanallah ..... Tulisan ini baru kubaca hari ini, 5 tahun setelah diposting oleh adik bungsuku tersayang ..... Terharu .... Trims atas segala perhatian dan kebaikanmu pada adzka ....