Angin : Hey, siapa kamu, aku baru melihatmu disini
Aku : Oh, hai angin, apa kabarmu? Ya aku memang baru pertama kali kesini. Dulu aku tinggal di bumi, tapi aku bosan, aku ingin terbang tinggi.
Angin : Mengapa kau ingin terbang? Dan mengapa kau bosan di bumi, bukankah di sana menyenangkan? Dan siapa namamu?
Aku : Aku bisa melihat keindahan dari atas sini, aku juga bisa pergi ke mana pun aku mau, terbang… tertiup olehmu..ya olehmu, angin… seperti layang-layang itu, aku ingin seperti layang-layang.
Angin : Kau bilang ingin seperti layang-layang? Tapi bagaimana bisa? Layang-layang itu besar dan kuat, punya benang yang kuat. Lagipula ia juga tidak terbang bebas ke manapun yang ia mau, ia dikendalikan oleh pemiliknya, aku hanya membantu pemiliknya untuk menerbangkannya. Dan hey, siapa namamu?
Aku : Ah iya, kau betul angin, aku tak bisa menjadi seperti layang-layang. Kalau begitu aku ingin seperti burung saja. Ia tak bertali, bisa terbang ke manapun, terbang yang jauh sekali.
Angin : Bagaimana bisa kau menjadi seperti burung? Ia punya dua sayap yang membuat tubuhnya bisa terbang, dan ia terbang jauh bukan semaunya, tapi ingin mencari makanan atau mencari tempat hidup yang lebih baik. Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa namamu?
Aku : Iya juga.. Burung punya sayap dan aku tidak. Oh.. Awan, aku ingin menjadi awan saja. Lihatlah awan itu, putih seperti kapas, indah sekali bukan? Pasti menyenangkan bisa terbang seperti awan dan melihat keindahan di bawahnya.
Angin : Bagaimana bisa kau menjadi seperti awan? Awan itu sangat ringan, aku memang membantunya untuk terbang di atas sini, lagipula suatu saat awan akan berwarna kelabu, lalu menjadi hujan, dan hilanglah dia.
Aku : Oh iya, kau benar lagi angin..
Angin : Sudahlah, jangan bersedih begitu kawan baruku. Yang paling menyenangkan adalah menjadi dirimu sendiri.
Aku : Aku sudah sekian lama menjadi diriku, aku bosan sekali. Sejak dulu aku ingin sekali terbang tinggi, pergi ke mana pun yang aku mau, menggapai apa pun yang aku mau.
Angin : Hey kawan, di mana kau sekarang berada? Dan apa yang sedang kau lakukan?
Aku : Untuk apa kau tanyakan itu, angin? Bukankah kau melihat sendiri, aku sedang berada di atas sini, melayang-layang bersamamu.
Angin : Kau bilang dari dulu kau ingin sekali terbang, bukankah sekarang kau sedang terbang melayang, bersamaku? Tinggi jauh di atas bumi, tempat tinggalmu. Persis sekali sesuai keinginanmu, bukan? Kau bisa terbang lebih tinggi lagi dan pergi ke tampat lain lagi jika kau mau.
Aku : Ah lagi-lagi kau benar angin.. kau benar..
Angin : Hey kawan, sudah berapa kali kutanyakan ini tapi kau belum menjawabnya. Siapa namamu? Siapa dirimu sebenarnya?
Aku : Aku.. Panggil aku sebutir debu.. Ya.. Aku sebutir debu.
“ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
(QS Al Imran : 190-191 )
Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas
(Ali bin Abi Thalib)
Sebutir Debu Tepat, ketika sebutir debu itu jatuh menyentuh tanah, semesta ini pun meledak
(Agus Noor)
0 Response to "Bukan Hanya Seonggok Materi"
Posting Komentar