Tak sengaja, mendengar
pembicaraan seseorang tidak berseragam yang sedang menelpon, “Iya, orang-orang di lantai 20 tuh
judes-judes banget, parah..”. Refleks kepala saya menengok ke orang
tersebut, kami bertatap mata, dia langsung menunduk dan pergi dari tempatnya
(padahal saya ga ngapa-ngapain lho). Mungkin karena melihat saya berseragam, dia
mengira saya juga bagian dari orang-orang “judes” di lantai 20. Untungnya saya
tidak berkantor di gedung itu, jelas saya bukan bagian dari lantai 20, tapi
kebetulan saja waktu itu saya memang akan menuju lantai 20.
Tapi..ah daripada saya cerita bahwa
benarkah yang dikatakan orang tidak berseragam yang sedang menelpon itu,
alangkah baiknya kalau saya instrospeksi diri sendiri saja. Meski saya tidak
bekerja di bagian pelayanan atau loket atau meja dimana harus menghadapi
orang-orang datang hilir mudik, tapi sesekali memang ada tamu yang datang. Saya
bertanya pada diri sendiri, sudahkah saya ramah dan tersenyum kepada tamu-tamu
tersebut? Jangan-jangan di depan kantor saya ada orang yang bilang “males ah, orang-orang di lantai 5
jutek-jutek”. Wow, bisa jadi saya termasuk salah satu orang tersebut.
Ngaku-ngaku pelayan masyarakat, tapi
sekedar menjawab pertanyaan saja sambil jutek, apalagi kalo di demo sama
masyarakat? Atau bisa jadi ini salah satu faktor (salah satu aja lho ya) yang
menyebabkan masyarakat apatis terhadap pemerintah. Jadi inget yel-yel waktu
orientasi pegawai di awal dulu “Melayani dengan tulus”. Tulus itu ngga pake
jutek lho :D
30 Januari 2013 pukul 01.23
Jutek itu kan manusiawi, tugas melayani juga ada batasannya, kalo buat saya selama dijalani apa adanya, jutek atau ramah itu manusiawi, asal kita tidak malu untuk minta maaf dan ikhlas memaafkan..