Journey Reports of Pare (3) : Don't Stop Me Now

Hi friends..
How’s the world treating you?
I wish all of you very well. I’m alive and kicking.
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
“One who says : I don’t know and learns, is better than who knows and puffs himself up”

What a week !! saya selalu mengerutkan kening, bahkan hingga sakit kepala di kelas TOEFL, berkutat dengan banyak sekali structure grammar. Sedikit terobati jika sudah sampai di kelas Speaking, selalu ada materi menarik dari Miss Rifa, dan saya paling suka jika mendapat kesempatan untuk mendebat orang lain, apapun topiknya, hehe..Dan yang paling menguras energi adalah kelas Pronounciation, karena Mr. Macho “memaksa” students harus maksimal bersuara a.k.a sedikit teriak untuk melafalkan kata-kata dalam bhs inggris, kemudian kami selalu berteriak “let’s try to get pronounciation together” tiap kali sebelum mulai melafalkan kata-kata seperti “good, look, book, etc”

Ada sedikit yang ingin saya ralat, cuaca di Pare ternyata sangat ekstrim (ekstrim sudah menyatakan “sangat”, tapi saya tambahkan lagi kata sangat di depannya, biar agak dramatis.. :D ). Jam 9 ke atas di pagi hari, matahari bisa sangat terik menyengat kulit dan nyata sekali membakar kulit orang-orang yang bersepeda (seperti saya misalnya). Setelah jam 3 sore sampai malam, biasanya turun hujan, dan udara menjadi dingin, semakin dingin saat mau tidur, dan semakin dingin lagi di waktu subuh. Padahal saya harus tidur di alas tidur super tipis (yang saya tidak tahu apa namanya, yang jelas bukan kasur), I think this is make me always get stomachace in the morning, a.k.a masuk angin..

Setelah hampir dua minggu, saya (dan teman-teman di camp) mulai terbiasa speak English. Meski bunyinya masih campur-campur. Misalnya seperti ini, “Miss, why you ngelamun? It’s not good for you” atau “Miss who’s beside my room, please kecilin your music” atau “Miss, I wanna borrow your sapu lidi” dan seterusnya. Ya, kalo ga begitu, kami akan sulit berkomunikasi, padahal kami diwajibkan berbahasa inggris. Dalam peraturan, kami diperbolehkan memakai kata-kata bahasa Indonesia jika memang benar-benar ga tau.

Camp 4 marvelous.. sebuah rumah khas jawa yang sederhana, yang ditinggali keluarga sederhana. 2 dari 3 kamar di dalamnya disewakan untuk member marvelous. Di tambah ruang tamu yang disulap menjadi 2 kamar lagi, jadi ada 4 kamar yang di sewakan. Satu kamar dihuni maksimal 5 orang, tapi tidak selalu full, kamar saya saat ini hanya ditinggali 3 orang. Jumlah member saat ini ada 13 orang plus 1 tutor dan 1 teacher. Ada 2 kamar mandi, satu kamar mandi yang cukup luas dibagi dua dibatasi dengan bilik, jadi jumlahnya 3 kamar mandi. Ini masih membuat saya harus mandi sebelum subuh jika tidak ingin terjebak antrian, siapa cepat dia dapat, coz we’ve class at 05.30. Oia, di bak kamar mandi, ada sekitar 10 ekor ikan yang di pelihara, dari air tempat hidup ikan itulah kami mandi. Saat pertama sampai di camp ini, saya sempat goyah, mencari-cari camp lain yang setidaknya beralas tidur kasur dan tidak ada ikan di dalam bak mandi. Tapi setelah dipertimbangkan dengan sangat cukup matang, saya tetap bertahan disini, perhaps..it will make me to be survive in future.. Someday...
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

Don’t stop me now..
I’m having such a good time..
I’m burning to the sky..
(Queen)
…………………………………………………………………………………………………………

- diah melaporkan dari Pare, Kediri, Jawa Timur -

0 Response to "Journey Reports of Pare (3) : Don't Stop Me Now"

Posting Komentar