Ketika orang-orang menjadi bodoh



Mari bercerita tentang salah satu keajaiban Indonesia, yaitu Sinetron. Sinetron kebanyakan digandrungi oleh ibu rumah tangga dan para gadis, meski tak sedikit juga bapak-bapak atau pemuda yang hobby nonton sinetron. Saya sendiri, meski tak hobby nonton sinetron, tapi terkadang saya “terpaksa” nonton karena orang-orang di sekitar saya menghendaki channel televisi tetap berada pada tayangan sinetron. Tapi tentu saya tak akan berlama-lama, bukan karena tidak betah, tapi karena biasanya saya sangat bawel, tanya ini tanya itu, ceritanya sedih saya malah mentertawakan, ceritanya gembira saya pun tertawa, dalam hal ini lebih baik saya bertoleransi dulu. Ya, saya sungguh tertawa tiap kali nonton sinetron, kadang tertawa lepas sambil memprotes ini itu yang tak masuk akal di depan para penonton lain, kadang tertawa dalam hati karena khawatir menyinggung perasaan yang lain, dianggapnya saya tak menghargai mereka yang sedang menghayati cerita.




Entahlah, semua orang yang menonton sinetron tentu sangat menyadari bahwa cerita yang mereka tonton itu adalah “palsu”. Tapi barangkali hanya sedikit yang menyadari bahwa mereka sedang menonton sebuah pembodohan. Cerita tentang kehidupan kaum hedonis yang begitu materialis, Kejahatan yang tak kunjung henti dari tokoh antagonis, Penganiayaan terhadap tokoh protagonis yang begitu sadis tapi seolah punya 7 nyawa dan seratus malaikat, dan sejuta cerita tak masuk akal lainnya. Belum lagi cerita sinetron yang satu dengan yang lainnya sangat mirip, jalan ceritanya sudah bisa ditebak.


Mengapa saya sebut pembodohan? Karena ada banyak orang bodoh terlibat di dalamnya.
1.    Home Production dan para kru nya yang memproduksi sinetron.
2.    Stasiun TV yang menayangkan sinetron
3.    Para produsen yang memasang iklan
4.    Para artis yang memerankan tokoh dan menjalani skenario tak masuk akal
5.    KPI yang telah mengijinkan penyiaran sinetron
6.  Para penonton yang menonton sinetron (sepertinya untuk yang ini saya masuk di dalamnya, kadang-kadang lho..)
Hanya ada satu yang pintar dalam hal ini, yaitu para  penonton yang tidak sedang menonton tivi!


Nah, ini kekhawatiran saya :
Ketika menonton tivi, penonton sedang berkomunikasi satu arah. Hanya menerima apa yang disampaikan, dan tidak dapat memberikan feedback. Hal ini berlangsung terus menerus tiap hari selama ratusan episode sinetron. Bayangkan, bahwa informasi yang diterima adalah cerita-cerita tak masuk akal, seputar kisah percintaan, gaya hidup hedonis, kekerasan, bahkan pornografi, kemudian tersimpan di alam bawah sadar, terbentuk menjadi pola pikir atau terefleksi dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya ini tak berlaku di sinteron saja, tapi juga pada tayangan film, kartun, berita2. Hanya saja sinetron begitu intensif hadir setiap malam di TV. Dan jadilah mental, prilaku dan moral kebanyakan masyarakat Indonesia seperti ini. Seperti apa? Ya seperti dalam sinetron-sinetron itu, tak masuk akal.

Kebanyakan lho, tidak semua kok. Saya tidak sedang menggeneralisir. Saya sedang membicarakan sinetron yang membodohi para penontonnya. Oia, di awal saya menyebut ini adalah salah satu keajaiban Indonesia, Mengapa? Karena Orang Indonesia sedang dibodohi oleh Sinetron, tapi diam saja. Disaat koruptor yang mencuri uang rakyat diadili, Pemerintah yang tak becus bekerja di protes, Presiden yang sering curhat dicibir, masyarakat justru diam seribu bahasa ketika dibodohi Sinetron. Ajaib kan? Eh, saya bukannya sedang membela koruptor, pemerintah atau presiden lho, saya hanya sedang mengajak masyarakat jangan mau dibodohi sinetron, karena yang paling mendasar dari semua prilaku manusia sehari-hari adalah pola pikir dan moral.

Jadi, Mari gunakan akal ketika di depan TV!




0 Response to "Ketika orang-orang menjadi bodoh"

Posting Komentar