When your daughter is calling


Suatu siang di kantor. Seorang senior saya sedang menerima telpon dari anaknya. Tiba-tiba dia menyodorkan HPnya pada saya, sedikit memaksa saya berpura-pura jadi bosnya dan ngobrol dengan anaknya. Tanpa sempat bertanya ada apa, saya menerima telpon tersebut dan mulai berbicara pada seorang anak di seberang sana,


halo, ini Lisa ya? Lagi ngapain dek Lisa?”

“lagi maen sepeda tante”

“kok maen sepeda siang-siang, emangnya gak cape pulang sekolah? Udah bobo belum”

“Gak cape kok, aku juga belum tidur siang”

Saya terdiam sebentar


“Tante, kenapa sih mama aku pulangnya sore terus”

“lho kan mamanya Lisa lagi kerja, selesainya baru sore”

“Suruh dong pulang siang, tante..”

“Kan masih banyak kerjaan dikantor, jadi belum bisa pulang”

“Tapi aku maunya mama pulangnya siang aja, jangan sore-sore”

“yaa.. nanti kalo pulang siang gajinya mama dipotong, nanti gak bisa kasih jajan lagi buat Lisa”

“Ah, biarin aja, aku gak mau jajan kok, aku mau mama pulangnya cepet”

“Emangnya kenapa, Lisa kangen ya sama mama?”

“Iya, Lisa kangen, pengen maen sama mama”

“Lisa sabar ya, nanti sore kan mama pulang, ketemu sama Lisa trus bisa maen deh sama mama”

“Kelamaan kalo sore, kan abis ini Lisa bobo sampe setengah 3, trus bangun, trus mandi, trus ngerjain PR, trus maen lagi. Mama boleh pulang ya tante?”

Saya terdiam lagi, speechless


“Tante, aku pengen ikut kalo mama pergi kerja, jadi bisa bareng sama mama terus”

“lho terus Lisa sekolahnya gimana?”

“aku bolos aja sekolahnya”

“nanti rapotnya jelek lho kalo bolos”

“biarin aja rapotku jelek, gak sekolah juga gak apa-apa, aku maunya sama mama”

Speechless lagi. Akhirnya saya menyerah dan mengembalikan HP pada pemiliknya. Anak itu baru kelas 1 SD, dan saya gagal membujuknya. Meski setelah itu ibunya sang anak tertawa-tawa bersama saya, sungguh dalam hatinya pasti sangat khawatir akan anaknya, tentu ia merasa sangat bersalah karena tak bisa memenuhi keinginan anaknya saat itu. Ah..mungkin bukan saat itu saja, bisa jadi keinginan ini sudah terakumulasi sekian lama, hingga si anak bersikeras menelpon “Bos” ibunya supaya mengizinkan ibunya pulang cepat.

Jika beberapa tahun ke depan, ini terjadi pada saya, actually I don’t know what I’m going to do. Barangkali mudah saja untuk meredam keinginan si anak pada saat itu juga, tapi itu tidak solutif. Yang terpenting adalah bagaimana membuat si anak tetap merasa nyaman dan tidak kehilangan meski ibunya bekerja 8-10 jam di kantor. Well, I don’t have any idea? Do you?



Kebanyakan Tidur

boss : "Kamu masih demam?"
saya : "engga pak, tinggal pileknya aja"
boss : "kurang tidur tuh kamu"
saya : "gak juga pak"
boss : "oh..berarti kebanyakan tidur"
saya : (gubrakkk... telak banget, haha...)