Jujur itu Damai


Suatu hari, sekumpulan anak kecil sedang bermain bersama. Riang sekali. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, "ih.. siapa yang kentut?". Si penanya menutup hidung sambil terus bermain. Dalam waktu sepersekian detik, ada yang menjawab "aku!!". Si penjawab mengacungkan tangan Lalu semuanya tertawa, masih dengan riang.

Oh..lihatlah dunia anak-anak yang penuh kejujuran dan saling memaafkan, damai sekali.

Pada suatu hari yang lain, dalam sebuah lift masuklah beberapa orang. Tiba-tiba saja muncul bau tak sedap. Semua orang refleks menutup hidung kemudian melirik satu sama lain. Hening. Diam. Satu persatu orang mulai keluar. Tampak sekali kelegaan di wajah masing-masing ketika keluar lift. Lift pun kosong. Si penimbul bau tak sedap tiba-tiba belum juga di ketahui. Orang-orang pencium bau tak sedap terus saja berkeluh, bahkan pada setiap orang yang mereka temui.

Oh..lihatlah dunia orang dewasa yang penuh dengan ketidakjujuran dan kecurigaan, pantas saja ricuh!



Ketika orang-orang menjadi bodoh



Mari bercerita tentang salah satu keajaiban Indonesia, yaitu Sinetron. Sinetron kebanyakan digandrungi oleh ibu rumah tangga dan para gadis, meski tak sedikit juga bapak-bapak atau pemuda yang hobby nonton sinetron. Saya sendiri, meski tak hobby nonton sinetron, tapi terkadang saya “terpaksa” nonton karena orang-orang di sekitar saya menghendaki channel televisi tetap berada pada tayangan sinetron. Tapi tentu saya tak akan berlama-lama, bukan karena tidak betah, tapi karena biasanya saya sangat bawel, tanya ini tanya itu, ceritanya sedih saya malah mentertawakan, ceritanya gembira saya pun tertawa, dalam hal ini lebih baik saya bertoleransi dulu. Ya, saya sungguh tertawa tiap kali nonton sinetron, kadang tertawa lepas sambil memprotes ini itu yang tak masuk akal di depan para penonton lain, kadang tertawa dalam hati karena khawatir menyinggung perasaan yang lain, dianggapnya saya tak menghargai mereka yang sedang menghayati cerita.




Entahlah, semua orang yang menonton sinetron tentu sangat menyadari bahwa cerita yang mereka tonton itu adalah “palsu”. Tapi barangkali hanya sedikit yang menyadari bahwa mereka sedang menonton sebuah pembodohan. Cerita tentang kehidupan kaum hedonis yang begitu materialis, Kejahatan yang tak kunjung henti dari tokoh antagonis, Penganiayaan terhadap tokoh protagonis yang begitu sadis tapi seolah punya 7 nyawa dan seratus malaikat, dan sejuta cerita tak masuk akal lainnya. Belum lagi cerita sinetron yang satu dengan yang lainnya sangat mirip, jalan ceritanya sudah bisa ditebak.


Mengapa saya sebut pembodohan? Karena ada banyak orang bodoh terlibat di dalamnya.
1.    Home Production dan para kru nya yang memproduksi sinetron.
2.    Stasiun TV yang menayangkan sinetron
3.    Para produsen yang memasang iklan
4.    Para artis yang memerankan tokoh dan menjalani skenario tak masuk akal
5.    KPI yang telah mengijinkan penyiaran sinetron
6.  Para penonton yang menonton sinetron (sepertinya untuk yang ini saya masuk di dalamnya, kadang-kadang lho..)
Hanya ada satu yang pintar dalam hal ini, yaitu para  penonton yang tidak sedang menonton tivi!


Nah, ini kekhawatiran saya :
Ketika menonton tivi, penonton sedang berkomunikasi satu arah. Hanya menerima apa yang disampaikan, dan tidak dapat memberikan feedback. Hal ini berlangsung terus menerus tiap hari selama ratusan episode sinetron. Bayangkan, bahwa informasi yang diterima adalah cerita-cerita tak masuk akal, seputar kisah percintaan, gaya hidup hedonis, kekerasan, bahkan pornografi, kemudian tersimpan di alam bawah sadar, terbentuk menjadi pola pikir atau terefleksi dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya ini tak berlaku di sinteron saja, tapi juga pada tayangan film, kartun, berita2. Hanya saja sinetron begitu intensif hadir setiap malam di TV. Dan jadilah mental, prilaku dan moral kebanyakan masyarakat Indonesia seperti ini. Seperti apa? Ya seperti dalam sinetron-sinetron itu, tak masuk akal.

Kebanyakan lho, tidak semua kok. Saya tidak sedang menggeneralisir. Saya sedang membicarakan sinetron yang membodohi para penontonnya. Oia, di awal saya menyebut ini adalah salah satu keajaiban Indonesia, Mengapa? Karena Orang Indonesia sedang dibodohi oleh Sinetron, tapi diam saja. Disaat koruptor yang mencuri uang rakyat diadili, Pemerintah yang tak becus bekerja di protes, Presiden yang sering curhat dicibir, masyarakat justru diam seribu bahasa ketika dibodohi Sinetron. Ajaib kan? Eh, saya bukannya sedang membela koruptor, pemerintah atau presiden lho, saya hanya sedang mengajak masyarakat jangan mau dibodohi sinetron, karena yang paling mendasar dari semua prilaku manusia sehari-hari adalah pola pikir dan moral.

Jadi, Mari gunakan akal ketika di depan TV!




5000 Kicauan




Hari ini twitter saya mencapai angka 5000. Kalo rata-rata setiap tweet 140 karakter (kadang kurang kadang lebih), berarti saya sudah menulis sebanyak 700.000 karakter atau sekitar 466 halaman A4, wow!! Ini sudah cukup untuk jadi satu buku yang sangat tebal :) 

Saya lupa kapan tepatnya mulai punya akun di twitter, sepertinya sekitar akhir tahun 2009. .Waktu itu twitter belum seramai facebook, saya pun cuma ikut-ikutan aja, yang difollow artis-artis, hehe.. Lama-lama maenan twitter seru juga, saya bisa update tweet sepuasnya tanpa di bilang narsis dan kurang kerjaan, beda dengan update status di facebook, yang kalo keseringan orang pasti bakal sebel. Eh, tapi apa pentingnya juga sih update status, haha...entahlah..tanya aja sama yang sering update status :P

Seru nya lagi, di twitter berita dan informasi akan mengalir sangat deras dan cepat, dalam hitungan sepersekian detik. Pernah saya online di twitter, dalam waktu 5 menit aja di timeline saya sudah ada 200an tweet baru. Wew, padahal saya cuma follow 90an akun. Makanya saya cukup selektif untuk follow sebuah akun, karena sayang aja tweet segitu banyak malah ga terbaca. Begitu juga dengan follower, ini lebih selektif lagi, ada banyak  request yang saya cuekin atau malah di decline (untuk akun promo2). Kenapa? karena di twitter saya apa adanya dan apa adanya saya tak perlu diketahui oleh banyak orang :D

Kata Donny Dirganthara, ngetweet itu juga termasuk menulis, yaa..walaupun cuma 140 karakter dan terkesan instan, tapi disitulah ide orisinil milik kita sendiri bisa tertampung.