Doa untuk Palestina

Malam ini, imam sholat tarawih di Masjid BI adalah seorang Syekh dari Palestina. Bacaannya tartil dan Subhanallah panjang sekali. Perkiraan saya, kalo satu rakaat satu lembar, berarti selesai satu juz. Yang istimewanya adalah ketika rakaat terakhir sholat witir, beliau hanya membaca surat pendek Al Ikhlas. Setelah rukuk, beliau membaca Doa Qunut, yang lamanya sama dengan lama waktu satu rakaat.

Selesai sholat, teman-teman saya ramai-ramai mengeluh tentang Qunut yang amat panjang tersebut. Tak ketinggalan, saya pun ikut mengeluh meski hanya dalam hati. Astagfirullah.. Sungguh pegalnya kaki kami berdiri sangat tidak sebanding dengan penderitaan rakyat Palestina selama ini. Beliau, seorang syekh yang sholeh, mengajak kami berdoa untuk keselamatan negerinya, dan kami mengeluh karena pegal berdiri?? Padahal selama ini kami belum bisa berkontribusi apa-apa selain berdoa, maka sangat tak pantas jika kami mengeluh.

Maafkan kami Syekh..
Ampuni kami ya Allah..
Sungguh kami mencintai Palestina dan rakyatnya karenaMu


Simpan Uang Lecek Anda !!

Siang blogger, semoga kita semua dalam keadaan sehat dan istiqomah :)
Pernah melihat uang kertas seribuan yang lecek, disolasi karena sobek, agak hitam, dan yaa..buruk sekali rupanya.




Kira-kira kalo kita dikasih kembalian supir angkot uang seribuan kaya gitu gimana? Kalo cuma seribu sih, ya ikhlasin ajalah, tapi kalo lebih dari itu, silakan protes. Toh pak supir juga pasti ga mau kalo dikasih ongkos pake uang jelek bin lecek kaya gitu.

Jadi kemarin, saya naik angkot bersama seorang teman, dan teman saya ini menitipkan uang dua ribu rupiah kepada saya untuk dibayarkan ke supir. Masalahnya adalah dua lembar seribuan itu rupanya amat buruk. Makanya saya langsung protes ke temen saya, "Gak ada yang lebih bagus lagi apa? Masa kamu tega ngasih uang jelek kaya gini". Karena temen saya bilang ga ada recehan lagi, jadinya saya bayarin dulu ongkosnya.

Itu cuma satu contoh aja. Sering banget kan kita pake uang seribu lecek itu untuk jajan di warung, beli minum di bis, kasih pengamen atau bahkan buat sedekah (Astagfirullah). Tegakah kita? Coba bayangkan, mereka hanya punya beberapa lembar uang lecek (yang menurut kita tidak layak pakai), tapi karena cuma itu uang yang mereka punya, mereka tetap pakai untuk membeli sembako. Gimana kalo warung tempat mereka beli sembako ga mau nerima uang mereka? Jadi, tegakah kita?

Kalo saya selama ini uang seribu lecek yang tidak layak pakai, saya simpan dan ga akan pernah saya pakai. Bahkan saya pernah buang (kalo yang ini khilaf). Bukannya ga mau menghargai uang, tapi justru inilah cara kita menghargai uang. Jangan mentang-mentang mereka supir angkot, pedagang kaki lima, atau pengemis, maka kita menganggap mereka layak mendapat uang seperti itu. Kenapa kalo kita pergi ke Mall, Bank, atau restoran, kita malu mengeluarkan uang kaya gini.

Jadi, mari kita gunakan uang layak pakai untuk melakukan transaksi pembayaran, dimanapun itu, tanpa membeda-bedakan. Kalo punya selembar uang seribu yang tidak layak pakai, simpan saja, atau kumpulkan sampai banyak lalu ditukarkan ke bank.