Kuliah Ilmu Politik



Sebelum lupa, tadi sore saya dapet sedikit kuliah ilmu politik, materinya tentang siklus politik

Jadi ceritanya begini. Kebijakan dan peraturan dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat agar aman, sejahtera dan tentram. Masyarakat disini bukan hanya masyarakat sipil saja, tapi juga termasuk instansi, perusahaan, organisasi, kelompok masyarakat. Disinilah terjadi conflic of interest, dimana ketika ada yang merasa tak nyaman atau tak setuju dengan kebiajakan yang dibuat pemerintah, maka ia akan memperjuangkan hal tersebut. Caranya adalah dengan menggaet kelompok-kelompok yang berkepentingan, karena mereka ini biasanya lebih mempunyai kekuatan daripada orang sipil.

Kelompok yang berkepentingan ini kemudian mendekati LSM untuk meraih akses-akses yang tak terjangkau. Aspirasi LSM lebih efektif jika disalurkan melalui Partai Politik, karena Parpol lah yang akan meneruskan aspirasi ke jenjang yang lebih berwenang dan berkuasa. Jenjang ini adalah Dewan yang duduk di Senayan. Dewan mempunyai setumpuk permasalahan untuk diselesaikan. Tapi karena Dewan bersifat legislatif, maka pelaksana segala keputusan Dewan adalah sang eksekutif, yaitu Pemerintah. Disinilah siklus akan kembali ke asal mulanya.



Istiqomah, bukan Idealis


Idealis. Saya kok agak tidak nyaman dengan kata itu.. terlalu sumir. Terlebih sejak tahu artinya dalam kamus bahasa indonesia.

ide.a.lis

[n] (1) orang yg bercita-cita tinggi; (2) pengikut aliran idealisme

ide.al.is.me

[n] (1) aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; (2) hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; (3) Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan

Beberapa hari ini saya tak nyaman dengan kata-kata "Idealis" dan "Idealisme". Seorang teman yang background edukasinya psikologi menjelaskan pada saya, bahwa Idealis biasanya hanya dilandasi kognisi (bagian individu dalam ranah pikiran, memori dan logika). Maka kesimpulan sementara saya, idealis = perfeksionis.

Nah, kemudian saya berpikir, bukankah menjadi seorang yang Istiqomah jauh lebih baik daripada menjadi seorang yg idealis.

Istiqomah : teguh dan terus menerus di atas agama, yaitu senantiasa taat pada Allah dan menjauhi segala yang mendatangkan murka Allah. Istiqomah meliputi urusan zhohir dan batin, yaitu amalan jawarih (anggota badan) dan amalan hati.

Menurut teman saya yang tadi, Istiqomah lebih dilandasi afeksi (bagian individu dlm hal merasa, meyakini, hati)

Jika idealisme berdasarkan logika, maka bisa dipastikan setiap manusia memiliki idealisme yang berbeda, karena pemikiran, pemahaman dan pemaknaan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu pasti berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian ketika orang yang idealis sedang mempertahankan idealismenya, maka yang sebenarnya dia pertahankan itu adalah hasil pemikiran/pemahaman serta keyakinan dia sendiri yang belum tentu disepakati oleh orang lain dan..belum tentu itu benar.

Maka saya semakin yakin dengan Istiqomah. Seorang yang istiqomah, ketika dia mempertahankan keistiqomahannya, berarti dia sedang mempertahankan keteguhannya di jalan Allah, sesuatu yang telah diperintahkan Allah untuk dijalankan atau sesuatu yang dilarang Allah untuk dilakukan, sesuatu yang datangnya dari Allah dan bersifat mutlak.

Idealisme yang berdasarkan memori dan logika manusia bisa saja berubah tergantung situasi dan kondisi yang ada. Berbeda dengan ke-Istiqomah-an, akan selalu tetap begitu dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun. Tapi baiklah, kata Istiqomah dan Idealis, walaupun setara tapi tak bisa saling menggantikan.

Ya, setelah berstatus PNS saya memang tak bisa mempertahankan idealisme saya seperti masih menjadi aktivis LSM, tapi saya akan selalu Istiqomah di jalan yang saya yakini, yaitu jalan yang diridhoi Allah. Bismillah…




#pasca mendengar kalimat : “kamu bukan orang yang idealis”, ya..saya memikirkan kalimat ini berhari-hari, terima kasih telah mengingatkan saya..




Momen Langka (tanpa rekayasa)




Kebetulan lagi di depan laptop, kebetulan lagi merhatiin jam, kebetulan lagi inget hari ini, ahh..bukankah tak ada yang kebetulan di dunia ini..
tanpa rekayasa loh.. :)






Mimpi di awal dualima



My Dreams on twenty five:

  1. Get Marriage
  2. Continue my study, Master Degree in Paris, majoring : Regional Urban Planning
  3. Be an idealism civil servant (jadilah pelayan masyarakat yang pro rakyat)
  4. Share an happiness for my family and friends
  5. Memorizing 5 juz Al Qur’an for a year
  6. Having a bike
  7. Having a smart phone Android



Berkicau di awal dualima



My tweets on 25

diahirma Diah Irma

karena aku, dunia mengenal apa? #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

i wanna keep my idealism #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

i have to catch my dreams #dualima #silverInOctober

Duhai manusia seperempat abad, sudahkah dirimu bermanfaat bagi sekitarmu? #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

dua puluh lima, dan amalanku masih jauh dari cukup #dualima#silverInOctober

diahirma Diah Irma

masih berusaha menjadi yang terbaik, dan selalu melakukan yang terbaik #dualima #silverInOctober

diahirma Diah Irma

yang muda yang berkarya.. sudah berkarya apa di usia sekarang?#dualima #silverInOctober

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat#dualima

diahirma Diah Irma

semakin dekat aku kepada perjumpaan dengannya #dualima

diahirma Diah Irma

nah, sudah dua lima, jadilah manusia yang lebih baik, bertakwa pada Allah dan bermanfaat bagi manusia lainnya #dualima#silverInOctober






Aku dan Dua Puluh Lima



Segala Puji dan syukur hanya kepadaMu ya Rabb, atas segala anugerah dan karunia tak terhingga sampai kini.

Dua Puluh Lima dan aku menjadi manusia seperempat abad. Tak tahu bagaimana rasanya, tak bisa pula menerka. Yang terpikir adalah, bahwa menyandang dua puluh lima pastilah teramat berat. Di usiaku, banyak orang besar muncul dengan karya besarnya. Di usiaku, tak sedikit pula orang yang pergi dari dunia fana ini dengan meninggalkan harum. Lalu apalah aku?

Selama puluhan tahun ini… Amalan apa yang tercatat oleh malaikat? Kebaikan apa yang sudah kuberikan pada orang-orang disekelilingku? Karya apa yang sudah kuukir agar orang lain merasakan manfaat atas keberadaanku. Jika aku pergi saat ini, akankah ada orang yang menangisi? Adakah sepuluh tahun lagi orang yang mengingat namaku?

Aku terlahir bagaikan debu, dan akan pergi bagaikan debu pula. Ah.. bahkan setitik debu pun cukup berharga bagi pesisir pantai.

Ampuni hamba yang telah menyia-nyiakan nikmat usia dariMu ya Rabb. Berikan aku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Jadikan aku hamba yang Istiqomah di jalanMu. Genggamlah aku dalam dekapan kasihMu. Berkahilah hidupku di dunia dan akhirat.

Ku mohon ridhoMu agar aku bisa menjadi insan yang lebih baik, menjadi hamba yang lebih bertakwa padaMu, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat. aamiin..

Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia-siakannya,
sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia-siakannya

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat, Janganlah sia-siakan nafas kita, jangan sia-siakan waktu kita, Sesungguhnya Hanya Allahlah tujuan kita. Perjalanan hidup manusia, menempuh alam dunia menghabiskan waktu, yang tiada lama. Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar. Semakin dekatlah kematian, akan menjelang tiba.