All about the books

Berapa jumlah buku milikmu?

Ehmm..berapa yah..belum pernah diitung, kayanya sekitar lima puluhan. Kalo ditambah diktat n majalah (eh itu buku bukan sih) sekitar tujuhpuluhan deh..

Buku yang terakhir dibeli?

Jilbab Traveler (Asma Nadia) dan No Excuse (Isa Alamsyah), dua-duanya beli online di penerbit asma nadia, lumayan dapet diskon 30 %

Buku-buku yang terakhir dibaca?

#Eat, Love and Pray (Elizabeth Gilbert), baru dibaca setengah. #No Excuse (Isa Alamsyah), tinggal seperempatnya lagi belum dibaca. #Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan (Tasaro), yang dibaca baru seperempatnya

wow..baru nyadar, saya membaca tiga buku sekaligus, bukannya sombong atau terlalu pinter, walopun dua dari tiga buku di atas adalah novel, tapi terlalu berat buat saya, jadi bacanya putus nyambung, hehe..

Lima buku yang sangat berarti untuk saya?

Lima?? Bagi saya semua buku sangat berarti :) ....Ada cerita begini. Bulan lalu, waktu tetangga kost-an saya kebakaran, saya dan penghuni kost lainnya cepat-cepat packing barang-barang, takut apinya merambat ke kost. Saat itu barang yang paling pertama saya bawa adalah surat-surat dan buku-buku..

Bacaan wajib?

Al Qur’an, pastinya

Bacaan sampingan?

Semua yang bisa kebaca oleh mata saya :D



dari Pak Mario Teguh


Quote pak Mario Teguh pagi ini luar biasa sekali :

Masa depan yang paling tidak jelas
adalah masa depan orang yang menunggu
semuanya menjadi lengkap, sempurna,
dan terjamin tidak akan gagal;
sebelum dia bertindak.

Dia menunggu kesempurnaan
di dunia yang tidak sempurna.

Dia menua tanpa tumbuh,
kecuali menjadi semakin frustrasi dan minder
melihat orang-orang di sekitarnya sibuk
dalam kehidupan yang ceria dan ikhlas.

Kapankah engkau akan ikhlas memulai?



Partners in crime


I really need partners in crime..
Saya butuh seorang partner, ah..bukan seorang (nanti dikira saya membutuhkan "seseorang", meski saya memang sedang mencarinya :D), boleh dua orang, tiga orang atau lebih, yang bisa diajak diskusi, tentang banyak hal. Saya tak tau dimana harus mencarinya, menemuinya lalu berbicara dengannya.

Tak cukup berbicara saja, tapi juga mencari solusi, memutuskan yang harus dilakukan pada solusi tersebut, lalu benar-benar bergerak melakukannya.

Saat seusia saya, banyak tokoh-tokoh besar, bisa dengan tegar dan kuat berdiri sendiri. Tak gentar menghadapi pandangan orang lain terhadapnya. Saya tak tahu apa yang membuat mereka menjadi demikian, barangkali situasi dan kondisi yang memaksa, tapi keterpaksaan ini justru melahirkan nilai keikhlasan tertinggi, dan hadirlah kekuatan yang sulit terbantahkan itu.

Saya? Boleh kan saya jujur.. bahwa saya tak bisa bergerak sendiri. Suatu hari seorang teman berkata, jawabannya adalah komunitas, saya membutuhkan komunitas jika menghadapi situasi seperti yang sekarang saya alami. Dan saya percaya itu.

Tapi bagaimanalah.. komunitas pun sudah punya banyak urusan, saya harus menyederhanakan terlebih dahulu semua hal yang saya bawa saat berada di sana.. untuk itu.. saya butuh berdiskusi, butuh partners in crime...