Pengukir Tinta Emas


Wanita yang berderajat tinggi di setiap perkara. Terjaga dari setiap tipu daya dunia ini. Perkataannya adalah dzikir, pandangannya mengandung pelajaran dan diamnya adalah berfikir. Bumi dan semua yang berada di atasnya akan menerimanya, akan mengalir kepadanya ucapan selamat dan pujian dan doa dari semua makhluk. Allah menjauhkannya dari kesempitan dan ketakutan. Mereka tidur dengan tenang bersama doa orang-orang yang beriman. Dan bangun dengan ucapan “selamat bahagia” untuknya. Sungguh kebahagiaan bukan terletak pada harta simpanan, tetapi pada ketaatan yang mulia, bukan pada baju besi dan juga bukan pada pelayanan para hamba tetapi pada ketakwaan yang mulia.


“Perempuan penghuni surga terbaik adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiah binti Muzahim, dan Maryam binti Imran” (HR Imam Ahmad)

Khadijah ra, Pengayom yang tegar dan rela berkorban

Rasulullah saw berkata tentang Khodijah, “Tidak, Demi Allah, tidak ada yang bisa menggantikannya. DIa beriman kepadaku di saat kebanyakan orang menentangku. Dia membenarkanku di saat mereka mendustakanku, dia membantuku dengan hartanya di saat mereka meninggalkanku”

Fathimah binti Muhammad, Puncak kesabaran dalam kesederhanaan

Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Fathimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummat ini atau wanita mukmin”

Asiyah binti Muzahim, Pejuang di tengah kezaliman

“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surge dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim” (QS At Tahrim : 11)

Maryam binti Imran, Tawakal dan berani hadapi tantangan

“dan ingatlah Maryam utrid Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan kedalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitabNya dan dia termasuk orang yang taat” (At tahrim : 12)”

Wanita itu bintangnya langit, dan bintangnya kegelapan

Cut Nyak Dhien, Malahayati, Laksamana Malahayati dan Cut Meutia (Aceh) Christina Martha Tiahohu (Maluku), Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika (Sunda), HR. Rasuna Said, Rahmah el-Yunusiyah (Sumatera Barat), Nyi Walidah KH. A. Dahlan, RA Kartini (Jawa), Maria Walanda Maramis (Manado)

Jika wanita cantik itu mutiara, maka wanita mulia adalah kekayaan yang tak terhingga

Aisyah binti Abu Bakar, Asma binti Abu Bakar , Al-Khansa binti Amru , Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah, Ummu Aiman, Shafiyyah binti Abdul Mutholib, Sumayyah binti Khayyat, Ruba’I binti Ma’udz

Wanita adalah matahari, tetapi ia tidak terbenam

Shirin Ebadi (Muslimah penerima nobel pertama), Hiba Daraghmen (syahidah Palestina), Pipit Senja (Penulis), Helvi Tiana Rosa (Penulis), Ummu Shalih (Penghafal Qur’an berusia 82 tahun), Asma Nadia (Penulis dan Pengusaha Penerbitan), Ade Aisyah (Pendiri Sekolah Kaum Dhuafa), Harini Bambang Wahono (Aktivis Lingkungan)

Wanita mempersembahkan orang-orang besar bagi dunia

Raudhah (Ibuku)

............................................................................................................

Saudariku, lihatlah mereka itu, para wanita yang telah terukir namanya dengan tinta emas dalam sejarah. Maka di manakah peran kita?

...............................................................................................................

Wahai wanita yang paling bahagia

Dengan agama dan akhlaknya

Tanpa mutiara, tanpa kalung dan tanpa emas

Tapi dengan tasbih

Yang bagaikan pembawa kabar gembira

Bagaikan tetes hujan, bagaikan fajar,

Bagaikan pancaran cahaya dan bagaikan awan

Di dalam sujud, dalam doa, dalam kedekatan

Dalam renungan di antara cahaya Lauhul mahfudz dan kitab-kitaNya

Dalam kilatan cahaya dari Gua Hira

Dari utusan Tuhanmu pada bangsa Arab dan Romawi

Maka engkaulah wanita paling bahagia di dunia

Dlaam hatimu yang bersih

Yang engkau suburkan dengan dekat kepada Allah

(DR ‘Aidh Al Qarny)


Dalam ruang


menyimak vibrasi quanta

Masih



Masih tetap ku rajut
Meski kemarin pernah kusut
Mimpi terindah yang pernah kumiliki
Bukankah aku tak boleh berhenti berharap
Seperti puncak yang selalu menanti datangnya mentari pagi
Agar merasa terhangati
Merasa terhargai

eS Ka



SK oh.. SK
Alangkah gelisahnya
Menunggu SK tak datang-datang
Ah.. mungkin pak gubernur dan stafnya terlampau sibuk
Mengurus rencana-rencana penggusuran
Mengatur perizinan gedung dan pusat perbelanjaan baru
Mempersiapkan kedatangan tamu-tamu penting mancanegara
atau mungkin terlalu lelah terjebak macet setiap harinya
SK oh.. SK
Kapan SK akan turun, Pak?

Bukan Hanya Seonggok Materi

Angin : Hey, siapa kamu, aku baru melihatmu disini

Aku : Oh, hai angin, apa kabarmu? Ya aku memang baru pertama kali kesini. Dulu aku tinggal di bumi, tapi aku bosan, aku ingin terbang tinggi.

Angin : Mengapa kau ingin terbang? Dan mengapa kau bosan di bumi, bukankah di sana menyenangkan? Dan siapa namamu?


Aku : Aku bisa melihat keindahan dari atas sini, aku juga bisa pergi ke mana pun aku mau, terbang… tertiup olehmu..ya olehmu, angin… seperti layang-layang itu, aku ingin seperti layang-layang.

Angin : Kau bilang ingin seperti layang-layang? Tapi bagaimana bisa? Layang-layang itu besar dan kuat, punya benang yang kuat. Lagipula ia juga tidak terbang bebas ke manapun yang ia mau, ia dikendalikan oleh pemiliknya, aku hanya membantu pemiliknya untuk menerbangkannya. Dan hey, siapa namamu?

Aku : Ah iya, kau betul angin, aku tak bisa menjadi seperti layang-layang. Kalau begitu aku ingin seperti burung saja. Ia tak bertali, bisa terbang ke manapun, terbang yang jauh sekali.

Angin : Bagaimana bisa kau menjadi seperti burung? Ia punya dua sayap yang membuat tubuhnya bisa terbang, dan ia terbang jauh bukan semaunya, tapi ingin mencari makanan atau mencari tempat hidup yang lebih baik. Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa namamu?

Aku : Iya juga.. Burung punya sayap dan aku tidak. Oh.. Awan, aku ingin menjadi awan saja. Lihatlah awan itu, putih seperti kapas, indah sekali bukan? Pasti menyenangkan bisa terbang seperti awan dan melihat keindahan di bawahnya.

Angin : Bagaimana bisa kau menjadi seperti awan? Awan itu sangat ringan, aku memang membantunya untuk terbang di atas sini, lagipula suatu saat awan akan berwarna kelabu, lalu menjadi hujan, dan hilanglah dia.

Aku : Oh iya, kau benar lagi angin..

Angin : Sudahlah, jangan bersedih begitu kawan baruku. Yang paling menyenangkan adalah menjadi dirimu sendiri.

Aku : Aku sudah sekian lama menjadi diriku, aku bosan sekali. Sejak dulu aku ingin sekali terbang tinggi, pergi ke mana pun yang aku mau, menggapai apa pun yang aku mau.

Angin : Hey kawan, di mana kau sekarang berada? Dan apa yang sedang kau lakukan?

Aku : Untuk apa kau tanyakan itu, angin? Bukankah kau melihat sendiri, aku sedang berada di atas sini, melayang-layang bersamamu.

Angin : Kau bilang dari dulu kau ingin sekali terbang, bukankah sekarang kau sedang terbang melayang, bersamaku? Tinggi jauh di atas bumi, tempat tinggalmu. Persis sekali sesuai keinginanmu, bukan? Kau bisa terbang lebih tinggi lagi dan pergi ke tampat lain lagi jika kau mau.

Aku : Ah lagi-lagi kau benar angin.. kau benar..

Angin : Hey kawan, sudah berapa kali kutanyakan ini tapi kau belum menjawabnya. Siapa namamu? Siapa dirimu sebenarnya?

Aku : Aku.. Panggil aku sebutir debu.. Ya.. Aku sebutir debu.


“ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

(QS Al Imran : 190-191 )

Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas

(Ali bin Abi Thalib)

Sebutir Debu Tepat, ketika sebutir debu itu jatuh menyentuh tanah, semesta ini pun meledak

(Agus Noor)

Oseng Daging Saus Tiram


Berbekal sedikit memori bagaimana mama saya mengolah daging, akhirnya saya memutuskan bahwa resep hasil kreasi otak kanan inilah yang akan saya menuntun saya memasak. Kunci utama memasak adalah self confidence alias percaya diri. Dan inilah resepnya :




Bahan-bahan :

  1. Daging sapi
  2. Kentang
  3. Lada / merica
  4. Bawang merah
  5. Bawang putih
  6. Cabe merah
  7. Saus tiram

Cara memasak :

  1. Haluskan bawang putih dan lada
  2. Rebus daging dan kentang dengan air, masukkan bawang putih dan lada yang telah dihaluskan, tambahkan garam
  3. Jika daging telah setengah matang, angkat dan iris tip-tipis (air rebusan jangan dibuang dulu)
  4. Rebus kembali irisan daging dengan dengan air rebusan yang tadi hingga daging empuk
  5. Tumis bawang putih, bawang merah dan cabe merah
  6. Masukkan irisan daging, tumis bersama bumbu
  7. Tambahkan saus tiram secukupnya, beri sedikit air, biarkan air sedikit mongering agar bumbu meresap
  8. Tambahkan garam dan gula secukupnya
  9. Siap dihidangkan

Catatan :

  • semua jumlah bahan-bahannya terserah, sesuaikan dengan selera ^^
  • resep ini telah disempurnakan (tidak sesuai dengan kejadian di TKP)


Selesai memasak, tiba-tiba saya teringat sesuatu. Mengapa saya tidak memasak sayur sop saja, ya bukankah bahan utamanya adalah daging dan kentang, tinggal beli sayurnya di warung. Ah.. andai sejak awal mama saya bilang, “ini bahannya, buat bikin sayur sop”, tentu hari ini otak kanan saya tidak akan naik satu level di bidang masak memasak. ^_^ love u mom..

Sederhana, Detail, dan Menakjubkan



Pepohonan itu hijau
Kita terlalu sering melihat pohon hijau
Sehingga kita sering lupa bahwa
ada pula pohon merah
Tetapi bila semua pohon berwarna merah
Aku akan senang berkisah padamu
tentang pohon yang hijau
Betapa indahnya dunia
(kenzo takada)

Zona juara, tak sengaja nonton acara ini di TV, di salah satu stasiun televisi swasta, jam 5 sore. Sebuah perlombaan antar para ahli pisau di jepang. Tugas para peserta, sederhana saja, yaitu memotong atau mengiris atau mengupas, ya..sejenis itulah.

Pertama mengiris mentimun dalam waktu yang telah ditetapkan panitia. Irisan tidak boleh lebih tebal dari 3 mm dan tidak boleh rusak. Tiap peserta menggunakan pisau yang berbeda-beda, sesuai selera dan keahlian masing-masing (bahkan ada yang pake pisau lebar nan gede, kaya pisau daging). Peserta dengan hasil irisan terbanyaklah yang menang, irisan yang lebih tebal dari 3 mm atau rusak tidak dihitung. Awalnya saya ragu, peraturan lomba ini mengada-ada, mana mungkin irisan yang jumlahnya ratusan itu akan dihitung satu persatu, diukur ketebalannya pula. Tapi ternyata..Ya..benar..panitia benar-benar menghitung dan mengukurnya satu persatu. Ah detail sekali, pasti sangat melelahkan (kelihatannya panitia lebih lelah daripada peserta).


Lomba yang kedua adalah mengiris jeruk nipis setipis mungkin. Wow..ada peserta yang bisa mengiris hingga 0.9 mm. Dari satu jeruk nipis bisa dihasilkan 51 irisan tipis, menakjubkan bukan? Dan lagi-lagi panitia mengukur dan menghitung dengan cermat. Sangat detail.


Lomba yang ketiga adalah mengupas kulit apel dengan cara spiral dan hasil kupasan terpanjanglah yang menang, tapi kulit ini tidak boleh terputus. Tahukah kawan? Satu buah apel, bila kulitnya dikupas spiral, panjangnya bisa sampai 390 cm, superb..


Sederhana. Perlombaan ini sangat sederhana tapi detail-nya menjadikannya sesuatu yang menakjubkan, istimewa, dan master piece. Pekerjaan sederhana tapi detail ini memerlukan seorang ahli yang telah bertahun-tahun berlatih. Kesederhanaan yang menakjubkan, ah.. saya suka kata-kata ini.


Di akhir lomba, peserta menunjukkan keahlian sebenarnya, memahat sayuran dengan keahlian pisaunya, hingga menjadi pahatan ikan, burung, sungai, kolam, gunung, semuanya tersusun rapi menjadi sebuah cerita. Filosofis. Sekali lagi, detail sekali.. siapa yang sanggup melakukan pekerjaan detail dan memakan waktu sangat lama itu, jika bukan seorang yang ahli tekun, sabar dan pantang menyerah. Pahatan inilah yang menjadi master piece. Amazing..


Orang jepang…sederhana, cerdas, ulet, kreatif, tekun.. (penjajah..). (jangan bilang pada saya untuk tidak menggeneralisir sesuatu)

Keesokan harinya, di stasiun tv dan jam yang sama. Perlombaan menyusun lego. Lagi-lagi, sederhana, detail, menakjubkan.


sebentar.. nampaknya saya sedang memikirkan puisi Sapardi Djoko Damono,

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Sederhana tidak berarti benar-benar sederhana bukan? Bahkan cinta itu sendiri pun bukan sesuatu yang sederhana. Awan menjadi hujan bukanlah proses yang sederhana. Semua kesederhanaan ini berasal dari sesuatu yang tidak sederhana, ya kan?


“Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kumpul-kumpul ala Ibu RT



Tadinya saya ragu, dan jelas sangat malas menghadiri acara itu. Meski tidak tau apa susunan acaranya, tapi saya bisa memastikan, di dalamnya pasti ada acara ngerumpi, gosip sana sini atau sekedar mengeksplore sejumput kesuksesan yang baru saja di raih.

Yang ada sekitar 20 orang, semuanya ibu-ibu paruh baya, ehm kecuali saya. Ternyata isi acaranya seperti ini

  1. Pembukaan, Pengumuman, mengenai PKK, karang taruna, posyandu, persiapan menjelang Adipura, pengelolaan dana bantuan PNPM Mandiri
  2. Taujih, ah..saya paling suka bagian ini. Tuan & nyonya rumah ternyata memanggil seorang ustadz untuk menyampaikan taujih atau bahasa ibu-ibunya, ceramah. Awalnya saya mengira ustad ini akan kaku dalam berbicara, tapi tidak, gayanya yang friendly dan kata-kata yang dituturkannya dengan bahasa sunda yang halus, sungguh tak disangka, beliau tidak seperti sedang ceramah melainkan sedang ngobrol dengan ibu-ibu ini. Ah.. semoga suatu saat saya bisa berdakwah seperti ustadz ini.
  3. Acara inti, mengocok gelas tertutup dengan satu lubang kecil di atasnya, berisi kertas-kertas yang dimasukkan dalam sedotan, kemudian mengeluarkan dua buah kertas dari gelas tersebut
  4. Penutup, plus menikmati sajian yang dihidangkan sambil bercengkrama satu sama lain, berbagi kisah, berbagi hikmah.

Alhamdulillah, tak ada ngerumpi, tak ada gossip ataupun sejenisnya. Lain kali saya akan mengusulkan susunan acara seperti ini jika tiba giliran arisan di rumah.


~ pasca mewakili mama ikut arisan ibu-ibu, ternyata seperti ini ya arisan.. ~